Laporan Pemisahan Senyawa Organik
I.
Tujuan Percobaan
·
Memahami konsep,
jenis dan teknik ekstraksi.
·
Menentukan Rf
hasil kromatografi lapis tipis kafein.
·
Menentukan titik
leleh kafein.
·
Menentukan kadar
kafein dalam teh.
II.
Teori Dasar
Ekstraksi
adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain berdasarkan prinsip kelarutan. Kelarutan
senyawa dalam suatu pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut dalam
100 ml pelarut pada 25oC. Senyawa akan larut dalam suatu pelarut
jika kekuatan atraksi kedua molekul adalah sesuai. Ekstraksi terdiri dari
ekstraksi cair-cair, ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi asam-basa.
Kafein
adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan
dalam tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali
memiliki sifat fisilogis aktif bagi manusia.
III.
Cara Kerja
·
Ekstraksi Kafein
dari Teh
Daun teh kering
sebanyak 10 gram dan 10 gram Na2CO3 dimasukkan ke labu elenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 100
ml air mendidih dan didiamkan sebentar. Setelah itu, didekantasi ke labu lain
dan kemudian ditambahkan air secukupnya pada daun teh yang telah disaring.
Kemudian hasil didekantasi lagi dan digabungkan dengan yang pertama.
Hasil ekstrak daun teh
dimasukkan ke dalam corong pisah dan dicampur dengan 30 ml diklorometana. Corong
pisah digoyang-goyangkan (tapi jangan terlalu kencang) sekitar lima menit,
sambil sesekali keran pada corong pisah dibuka perlahan, agar gas yang berada
dalam corong keluar. Setelah terpisah, ekstrak diklorometana yang berwarna
bening dituang ke labu beserta emulsinya. CaCl2 anhidrat ditambahkan
ke dalam labu. Lalu diaduk selama sepuluh menit. Setelah air menggumpal,
ekstrak diklorometana didekantasi. Kemudian hasil dekantasi didistilasi
sederhana, maka nanti akan terbentuk kristal yang tidak dapat terdistilasi pada
dinding labu distilasi.
Kristal kafein dikeruk,
diambil sebagian untuk dihitung titik lelehnya dengan alat melting-block.
Kemudian diambil sebagian untuk dilakukan kromatografi lapis tipis, dan uji
alkaloid.
·
Kromatografi
Lapis Tipis (TLC)
Pada dua pelat TLC, dibuat garis batas bawah dan batas
atas setinggi 0,5 cm, tidak boleh mengenai bagian tengah pelat. Kemudian
kristal kafein dilarutkan dalam sedikit diklorometana. Sementara itu salah satu
dua buah chamber diisi dengan sedikit eluen etil asetat : metanol = 3:1 dan
satu lagi dengan eluen kloroform : metanol = 3:1, tapi tidak boleh melewati batas
bawah dari pelat.
Larutan yang berisi
kafein ditotolkan pada batas bawah pelat. Lalu pelat dimasukkan ke dalam chamber, kemudian dielusikan. Setelah
itu dikeringkan di udara, lalu disemprotkan pereaksi dragendorff. Sehingga Rf noda
dapat ditentukan.
·
Uji Alkaloid
Kristal kafein
dilarutkan dengan sedikit air, kemudian dibagi menjadi dua. Salah satu
diteteskan1-2 tetes pereaksi meyer. Apabila
bereaksi, maka akan dihasilkan endapan kuning muda. Kafein yang satu lagi
dilarutkan dan diteteskan 1-2 tetes pereaki dragendorff.
Apabila bereaksi, maka akan dihasilkan endapan jingga.
·
Ekstraksi
cair-cair (Kelarutan)
Larutan asam asetat
glasial 15 ml dicampur dengan 15 ml etil asetat 15 ml. Kemudian campuran
ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein didalamnya. Setelah itu
larutan dititrasi dengan NaOH 0,315 N dengan tetes per tetes. Kemudian dihitung
beberapa tetes larutan NaOH yang diperlukan untuk menetralkan larutan asam
tadi.
Selanjutnya hampir sama
dengan percobaan sebelumnya, larutan asam asetat glasial 15 ml dicampur dengan
15 ml etil asetat 15 ml. Kemudian campuran ditambahkan beberapa tetes indikator
fenolftalein didalamnya. Campuran kemudian diekstraksi dengan etil asetat
secukupnya 3 kali didalam corong pisah. Corong pisah digoyangkan beberapa kali,
sambil sesekali dibuka kerannya. Kemudian setelah terpisah, fasa air yang
dibagian bawah dimasukkan ke labu. Setelah itu larutan dititrasi dengan NaOH
0,315 N dengan tetes per tetes hingga campuran berwarna merah muda. Kemudian
dihitung beberapa tetes larutan NaOH yang diperlukan untuk menetralkan larutan
asam tadi. Setelah didapat volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi, asam
asetat glasial ditentukan konsentrasinya.
IV.
Data Pengamatan
·
Ekstraksi Kafein
dari Teh
ü Massa
daun teh :
10 gram
ü Massa
kristal kafein :
0,0455 gram
ü Rf kafein dengan eluen
etil asetat : metanol : 0,5
ü Rf kafein dengan eluen kloroform : metanol : 0,875
ü Titik
leleh kafein :
226-233oC
ü Hasil
uji alkaloid :
Bereaksi dan membentuk endapan kuning muda setelah diteteskan pereaksi meyer dan membentuk endapan jingga
setelah ditetesi pereaksi dragendorff.
·
Ekstraksi
cair-cair
ü Volume
NaOH dari titrasi asam asetat murni : 14,2 ml
ü Volume
NaOH dari titrasi asam asetat + 3 x etil asetat 5 ml : 0,15 ml
VI.
Pembahasan
Data
titik leleh kafein yang diperoleh dari literatur adalah 237o C.
Sedangkan data pengamatan yang diperoleh adalah antara 226-233o C. Hal
ini sedikit berbeda disebabkan kurang ketelitian dalam melakukan tiap tahapan
ekstraksi, hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor yang paling penting, yaitu
saat mengekstraksi dengan corong pisah. Saat menggoyangkan corong pisah
sebaiknya tidak terlalu kencang, karena dapat memungkinkan banyak timbulnya
emulsi antara fasa air dan fasa organik saat ekstraksi teh. Fasa emulsi sendiri
adalah fasa organik dan air yang sudah tercampur dan sulit dipisahkan.
Sedangkan, hasil yang diinginkan adalah ekstrak diklorometana yang merupakan
fasa organik dalam ekstraksi kafein ini. (Pasto, 1992)
Untuk memisahkan
kafein, pada awalnya digunakan pelarut organik, diklorometana, sebelumnya
diberi tambahan Na2CO3. Na2CO3 merupakan
garam non polar, yang dapat terurai di dalam air menjadi ion Na+ yang
mengikat kafein dan CO3- yang mengikat H2O
membentuk HCO3 (suatu asam). Garam kafein dan Na larut dalam air.
Air panas yang ditambahkan berfungsi membuka pori-pori dari daun teh agar ekstrak
daun teh dapat keluar dengan sempurna dan kafein yang didapatkan cukup banyak.
Larutan bersifat basa karena penambahan Na2CO3 yang
bersifat basa.
Penambahan
diklorometana berfungsi mengikat kafein yang tadinya berbentuk garam dengan Na+
menjadi berikatan diklorometana. Sebab kepolaran kafein hampir sama dengan
diklorometan tersebut, sehingga kelarutan kafein cukup besar di dalam
diklorometana, sementara kelarutan kafein di dalam air lebih rendah. Penambahan
magnesium sulfat berfungsi untuk mengikat air yang masih terbawa dalam larutan
diklometana-kafein. (Pasto, 1992)
Kadar kafein yang
diperoleh sangat kecil dari hasil percobaan, hal ini jauh dari literatur. Dari percobaan kami hanya mendapat
0,0455 gram yang seharusnya menurut referensi sebesar 0,3 gram. Dalam
persentase kami hanya mendapatkan sebesar 15 % dibanding dengan referensi yang
kami dapat. Hal ini disebabkan kami kurang teliti dalam perhitungan. Selain itu
saat ekstraksi yang kami lakukan terlalu cepat sehingga kafein yang didapat
juga sedikit. Selain itu, pada saat pengkristalan kafein-kafein, banyak kafein
yang tetap menempel di wadah dan kami kesulitan untuk mengambil seluruh kafein
yang yang masih tersisa. Sehingga banyak bubuk-bubuk kafein yang masih tersisa
di wadah.
Selanjutnya
dilakukan uji meyer dan dragendorff. Pada saat uji meyer terbukti bahwa larutan mempunyai
sifat alkaloid, yaitu dengan terbentuknya endapan kuning muda di dasar tabung
reaksi. Sedangkan saat uji dragendorff juga
terbukti dengan adanya endapan jingga kecokelat-cokelatan di dasar tabung
reaksi.
Pada analisis Rf, data yang diambil adalah dengan
jarak noda yang paling mendekati batas atas. Karena digunakan etil asetat :
metanol = 3:1 sebagai eluen, yang merupakan eluen yang bersifat nonpolar.
Sehingga noda dapat terbawa lebih jauh mendekati garis batas atas, sedangkan
kafein sendiripun bersifat nonpolar. Pada kromatografi menggunakan eluen
kloroform : metanol = 3:1, lebih bersifat polar, sehingga kafein yang lebih
bersifat nonpolar menjadi lebih sulit untuk naik ke atas.
Percobaan ekstraksi
cair-cair menggunakan asam asetat glasial terjadi perbedaan data dengan
perlakuan yang berbeda. Asam asetat larut dalam eter sebagai pelarut
organiknya. Saat melakukan ekstraksi dengan tiga kali penambahan eter pada
corong pisah, konsentrasi asam asetat menurun. Hal ini karena asam asetat yang
ditarik dan larut dalam eter lebih banyak jika dilakukan berkali-kali,
dibandingkan eter yang begitu banyak sekaligus untuk melarutkan asam asetat.
Prinsip kelarutan sangat bekerja disini, eter yang sekaligus banyak lebih cepat
jenuh, sehingga asam asetat yang larut menjadi bekerja dengan sedikit demi
sedikit.
VII.
Kesimpulan
·
Ekstraksi Kafein
dari Teh
ü Massa
kristal kafein :
0,0455 gram
ü Rf kafein dengan eluen
etil asetat : metanol : 0,5
ü Rf kafein dengan eluen kloroform : metanol : 0,875
ü Titik
leleh kafein :
226-233oC
ü Hasil
uji meyer :
Positif (+)
ü Hasil
uji dragendorff :
Positif (+)
·
Ekstraksi
cair-cair
ü Volume
NaOH dari titrasi asam asetat murni :
14,2 ml
ü Volume
NaOH dari titrasi asam asetat + 3 x etil asetat 5 ml : 0,15 ml
VIII. Daftar Pustaka
Anonim.2007.
http://msds.chem.ox.ac.uk/CA/caffeine.html.
Diakses tanggal 6 Oktober 2011. Pukul 20:54.
Hall,
Michael Joseph. Tanpa tahun. http://www.ehow.com/facts_5122312_caffeine-levels-tea-coffee.html.
Diakses tanggal 6 Oktober 2011. Pukul 21:23.
Pasto,
D., Johnson, C., Miller, M. 1992. Experiments and Techniquest in Organic
Chemistry. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
IX. Lampiran
ü Methanol
MSDS
Name: Methanol
MSDS
Preparation Date: 06/19/2009
Synonyms
or Generic ID for Methanol: Carbinol; Methyl alcohol; Methyl hydroxide;
Monohydroxymethane;
Wood alcohol; Wood naptha; Wood spirits; Columbian spirits; Methanol.
Chemical
Family: Methanol Family
Formula:
CH3OH
State:
Liquid
Appearance:
colorless
Odor:
Alcohol-like, weak odor
Boiling
Point: 64.7°C@760mmHg
Specific
Gravity: 7910g/cm3@20°C
Vapor
Pressure (mm Hg): 128mmHg @20°C Vapor Density (AIR=1): 1.11
Flash
Point: 12°C
ü Kafein
General : Synonyms:
1,3,7-trimethylxanthine, 1-methyltheobromine, 7-methyltheophylline,
methyltheobromide, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6-dione,
1,3,7-trimethyl-2,6-dioxopurine, theine, caffein, coffeine, thein, guaranine,
No-doz, Eldiatric C, 1,3,7-trimethyl-2,6-dioxo-1,2,3,6-tetrahydropurine,
caffenium, various other trade names
Use: Diuretic, widely-used additive in foods and drinks. Used in treatment of
shock and heart disease. Occurs naturally in a variety of foodstuffs, including
coffee beans, tea and cola nuts.
Molecular formula: C8H10N4O2
Physical data
Appearance:
odourless white powder or crystals
Melting point: 237 C
Specific gravity: 1.23
Water solubility: moderate
Stability : Stable.
Incompatible with strong acids, strong bases, strong oxidizing agents, iodine,
silver salts, tannins. Weakly light sensitive in solution.
Toxicology : Harmful
if swallowed. Experimental teratogen. Irritant in humans. May affect CNS.
Dikloro metana
General
Synonyms: HCC 30, methane dichloride, methylene
chloride, methylene dichloride, aerothene MM, DCM, narkotil, solaesthin,
solmethine, NCI-C50102, R 30, methylene bichloride, Freon 30
Molecular formula: CH2Cl2
Physical data
Appearance: colourless liquid
Melting point: -97 C
Boiling point: 40 C
Vapour density: 2.9
Vapour pressure: 6.8 psi at 20 C
Specific gravity: 1.32
Flash point: none
Explosion limits: 14 % - 22%
Autoignition temperature: 661 C
Water solubility: slight
Stability
Stable. Incompatible with alkali metals,
aluminium, strong oxidizing agents, strong caustics, some forms of plastic,
titanium. A small amount of added amylene (1-pentene) may be present to enhance
stability.
ü
Ether
General
Synonyms: ether, ethyl ether,
ethoxyethane, 1,1'-oxybis ethane, diethyl oxide, aether, ethyl oxide, aether,
anesthetic ether, rcra waste number U117, solvent ether
Molecular formula: C4H10O
Physical
data
Appearance: colourless liquid
Melting point: -116 C
Boiling point: 34.6 C
Specific gravity: 0.71
Vapour pressure: 400 mm Hg at 18 C
Flash point: -40 C
Explosion limits: 1.7% - 48%
Autoignition temperature: 170 C
Water solubility: 6.9% (20 C)
Stability
Stable, but light-sensitive,
sensitive to air. May contain BHT (2,6-di-tert-butyl-4-methylphenol) as a
stabilizer. Substances to be avoided include zinc, halogens, halogen-halogen
compounds, nonmetals, nonmetallic oxyhalides, strong oxidizing agents, chromyl
chloride, turpentine oils, turps substitutes, nitrates, metallic chlorides.
Extremely flammable. This material is a serious fire
and explosion risk. Vapour may travel considerable distances to ignition
sources, which need not be an open flame, but may be a hot plate, steam pipe,
etc. Vapour may be ignited by the static electricty which can build up when
ether is being poured from one vessel into another. If large quantities of
material are being poured, suitable precautions must be taken.
Sekian artikel Pemisahan Senyawa Organik kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pemisahan Senyawa Organik dengan alamat link https://praktikum-laporan.blogspot.com/2012/10/pemisahan-senyawa-organik.html