Laporan Praktikum Fitokimia Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci
A. Tujuan praktikum
Mahasiswa mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
B. Dasar teori
Maserasi
Secara harfiah berarti merendam. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Catatan jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.
Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C5 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon. Cincin A mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001).
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler
C. Alat dan Bahan
1.Seperangkat alat maserasi
2. Seperangkat alat KLT
3. Beaker glass
4. Stirer
5. Rotavapour
6. Cawan porselin
BAHAN
1. Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)
2. Etanol
3. Etil asetat
4. Heksan
5. Standar pinostrobin
E.Cara kerja
1.EKSTRAKSI
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.
2. ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai.
Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.
3. IDENTIFIKASI
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)
c. Cuplikan : Larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol
d. Deteksi : UV 254
Catat harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
F. Hasil pengamatan
1. Ekstraksi
Nama simplisia : Boesenbergia pandurata
Metode ekstraksi : maserasi
Jumlah pelarut yang digunakan : 200 ml
Ekstrak yang didapat : 7 gram
Rendemen = 7 gram : 100 gram X 100 %
= 7 %
Pemerian ekstrak temu kunci :
Warna : kuning tua
Rasa : agak pahit , menimbulkan rasa agak tebal
Bentuk / / tekstur : cair
Bau : khas aromatik
2.Pengamatan dengan KLT preparative
Fase gerak : etil asetat : heksan (4:1)
Fase diam : Silica GF 254
Pembanding : Pinostrobin dalam etanol dan larutan sampel
3.Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis
Fse Fase gerak : etil asetat : heksan (4:1)
Fase diam : Silica GF 254
Pembanding : Pinostrobin dalam etanol dan larutan sampel
Jarak yang di tempuh fase gerak : 8 cm
Jarak yang di tempuh ekstrak temu kunci : 4.6 cm
Jarak yang di tempuh larutan penostrobin : 4 .4 cm
Rf pinostrobin = 4.4 cm : 8 cm
= 0.55
Rf temu kunci = 4.6 cm : 8 cm
= 0.575
G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengisolasi pinostrobin dan mengidentifikasi isolate yang diperoleh dari temu kunci. Isolasi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70 %.Metode maserasi ini bertujuan agar zat aktif terdesak keluar dari sel. Pertama yang dilakukan adalah mencampur etanol dengan serbuk halus temu kunci, kemudian diaduk menggunakas stirrer selama 1 jam , . Pengadukan ini berfungsi agar serbuk dan etanol bersentuhan sehingga flavonoid dalam serbuk dapat tersari semua., kemudian saring dengan kertas saring, pekatkan dengan rotary evaporator. Tujuan pemekatan adalah supaya etanol benar – benar hilang dan diperoleh ekstrak kental.Penguapan dengan rotary evaporator dilakukan kerena tekanan yang diperoleh dari rotary vaporator menyebabkan etanol dapat menguap dibawah titik didihnya sehingga suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi dan tidak merusak ekstrak yang diperoleh. Digunakan pelarut etanol karena etanol dapat menembus semua jaringa simplisia / tanaman untuk menarik zat aktif keluar dari jaringan tanaman/ simplisia, etanol juga tidak menyebabkan pembengkakan pada membrane sel dan memperbaiki stabilitas obat terlarut.sifatnya mampu mengendapkan albumin,emghambat kerja enzim, melarutkan hamper semua bahan organiksenyawa polar atau non polar, sehingga senyawa – senyawa kimia aktif sepertyi flavonoid, alkaloid, tannin dan saponin dapat terlarut dalam pelarut.
Selanjutnya dilakukan isolasi dengan KLT preparative yang bertujuan untuk memisahkan komponen dari zat pengotor. KLT preparative berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan komponen – komponen senyawa kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap absorben terhadap komponen kimia maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga ini menyebabkan pemisahan (Munson, 2010 ). Ekstrak kental ditotolkan memanjang pada silic GF 254 dengan pengembang etil asetat : heksan (4: 1 ).Deteksi dengan sinar UV 366 nm, bercak / noda dengan pita ditandai, kemudian dikerok dan dilarurkan menggunakan etanol dan diamkan hingga etanol menguap, simpan padatan yang diperoleh dalam cawan porselen dan tutup dengan rapat menggunakan aluminium foil selam 1 minggu ditempat terlindung dari cahaya.
Identifikasi zat aktif dilakukan dengan KLT . Padatan zat yang diperoleh dari isolasi dilarutkan dalam etanol kemudian ditotolkan dlam lempeng silica dianalisa secar kualitatif dengan menggunakan fase gerak etil asetat : heksan (1 : 4). Harga Rf temu kunci yang dipeoleh 0.575 sedang kan harga Rf pembanding pinostrobin 0.5. Rendemen yang dihasilkan dalam percobaan ini sebesar 7%.Bercak yang terbentuk pada lempeng KLT kuning kehijaun pada pengamatan menggunakan sinar UV 366 nm.
I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Praktikan mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi dengan KLT
2. Temu kunci diekstraksi dengan metode maserasi dan dihasilkan ekstrak cair berwarna kuning tua
3. Temu kunci postif mengandung FLavonoid ini dibuktikan pada identifikasi dengan KLT warna bercak hijau kekuningan pada sinar UV 366 nm
4. Hasil dari isolasi pinostrobin temu kunci di percobaan ini murni mengandung pinostrobin, ini ditunukkan dengan harga Rf temu kunci yang mendekati harga Rf pinostrobin standar.
5. Rendemen hasil praktikum sebesar 7 % tidak sesuai litreratur , literature menyebutkan bahwa kadar sari yang larut etanol tidak kurang dari 14 % (MMIjilid I , 1977 halaman 23 ).
Sekian artikel Laporan Praktikum Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Laporan Praktikum Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci dengan alamat link https://praktikum-laporan.blogspot.com/2018/09/laporan-praktikum-isolasi-flavonoid.html