LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN KE 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata)
I. Judul Praktikum
Isolasi Flavonoid Dari Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)
II. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
III. Dasar Teori
1. Klasifikasi dan tata nama
Kerajaan
:
Plantae
Subkerajaan
:
Tracheobionta
Superdivisi
:
Spermatophyta
Divisi
:
Magnoliophyta
Kelas
:
Liliopsida
Bangsa
:
Zingiberales
Suku
:
Zingiberaceae
Marga
:
Boesenbergia
Jenis
:
Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter
Sinonim
:
Boesenbergia rotunda (L.) Mansf. Kaempferia pandurata (Roxb.) Gastrochilus pandurata (Roxb.) Ridley
Curcuma rotunda L.
(Herbarium Bandungense ITB, n.d.; USDA, 2000)
2. Nama daerah (Rukmana, 2008)
Temu Kunci (Melayu, Sunda), Tamu kunci (Minangkabau), Kunci (Jawa), koncih (Sumatera), Konce (Madura), Dumu kunci (Bima), Tamu Konci (Makasar), Konsih atau kangean (Ambon), Anipa Wakang (Hila-Alfuru), Anipa Wakang, Uni Noiwo, Uni Rawu, atau Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru), Rutu Kakuzi atau Enesitale (Seram), Tamputi (Ternate), dan Temu Konci (Bugis).
3. Nama asing (Geonadi, Fitria, Ayu, Sulistyorini, & Asyiah, n.d.)
Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese Ginger, Ginger key, atau Chinese Key (Cina).
4. Uraian Temu Kunci
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
5. Manfaat Temu Kunci
Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci ( Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa)(Plantus,2008).
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan
6. Maserasi
Secara harfiah berarti merendam. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Catatan jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.
7. Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C5 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon. Cincin A mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001). Struktur dasar flavonoid C6-C3-C6 :
8. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
IV. Alat dan Bahan
ALAT
1. Seperangkat alat maserasi
2. Seperangkat alat KLT
3. Beaker glass
4. Stirer
5. Rotavapour
6. Cawan porselin
BAHAN
1. Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)
2. Etanol
3. Etil asetat
4. Heksan
5. Standar pinostrobin
V. Cara Kerja
1. EKSTRAKSI
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.
2. ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai. Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.
3. IDENTIFIKASI
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)
c. Cuplikan : Larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol
d. Deteksi : UV 254
Catat harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
VI. Hasil
Nama simplisia : Boesenbergia Pandurata
Metode ekstaksi : Maserasi
Jumlah pelarut yang diperlukan : 500 ml
Jumlah siklus : -
Rendemen ekstrak : -
Pemerian ekstrak
1. Aroma : Khas aromatik
2. Warna : Kekuning-kuningan
3. Bentuk/tekstur : Cair
Hasil pengamatan dengan kromatografi
1. Fase diam : silika gel GF 254
2. Fase gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)
3. Pembanding : Pinostrombin
4. Deteksi : UV 366
Rotary evaporator
1. Suhu : 60⁰C
2. Putaran : 80 rpm
3. Waktu : 8.40 – 10.20 (100 menit)
Ekstrak
Berat cawan kosong : 36, 294 gram
Berat cawan + ekstrak : 57,758 gram
Berat ekstrak : 36, 294 gram – 57,758 gram
: 21, 464 gram
VII. Pembahasan
Temu kunci merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat. Bagian yang digunakan umumnya adalah rimpang. Tanaman ini diperbanyak dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian(tiap bagian terdapat paling sedikit dua tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak 30 cm.
Salah satu kandungan zat aktif dari temu kunci adalah flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan dalam jaringan tanaman. Tanaman yang mengandung flavonoid dapat digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi, antialergi dan antihipertensi.
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan isolasi flavonoid dari temu kunci tersebut. Metode ekstraksi yang digunakan untuk ekstraksi temu kunci adalah maserasi. Maserasi merupakan metode yang paling sederhana dalam isolasi flavonoid yang berarti merendam simplisia dengan pelarut yang sesuai.
Dalam praktikum ini ekstrak sudah dibuatkan, sehingga ekstrak langsung dipekatkan dalam rotary evaporator sampai didapat ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh, ditotolkan pada plat silika gel GF 254 memanjang dengan 15 totolan dan pembanding pinostrombin 2 totolan. Setelah itu dielusikan di chumber yang telah dijenuhkan.
Chumber dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat : heksan (1:4). Tujuan penjenuhan untuk menyamakan tekanan dalam chumber. Elusi ditunggu sampai fase gerak mencapai batas yang ditentukan dan dilakukan uji KLT preparatif.
Hasil identifikasi dalam KLT diperoleh hasil bahwa pendaran cahaya pada ekstrak temu kunci saling berikatan (tidak terjadi pemisahan) dan elusi kurang sempurna. Hal ini dikarenakan penotolan bleber (ekstrak masih mengandung banyak air) dan silika gel rusak saat penotolan sehingga ekstrak tidak terelusi dengan baik.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ekstrak temu kunci yang diekstraksi dengan maserasi tidak dapat dihitung harga Rf-nya dikarenakan tidak terjadi pemisahan pada pendaran dibawah sinau UV 366 dan elusi pada plat KLT kurang sempurna karena penotolan bleber (ekstrak kurang kental) dan silika rusak saat penotolan.
IX. Daftar Pustaka
Utami, Putri Wahyu.2012. Efek Ekstrak Etanol 70 % Rimpang Temu
Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb) Schlechter) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus yang Diinduksi Kalium Oksalat. Jurusan FMIPA : UI Press
Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas
Antioksidan pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga, L) dengan Metode DPPH (1,1- Difenil, 2-pikellhidroksil. Jurusan FMIPA : Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang.
Herbarium Bandungense, Institut Teknologi Bandung. (n.d). Klasifikasi
Tumbuhan Boesenbergia rotunda (L.) Mansfeld. Januari 25, 2012. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=1 98177.
Geonadi, F.A., Fitria, M., Ayu, D.P., Sulistyorini, E., & Asyiah, Cancer
Chemoprevention Research Center, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. (n.d). Temu Kunci
(Boesenbergia pandurata). Januari 25, 2012. http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=166
Rukmana, R. (2008). Temu-temuan, apotik hidup di pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius., 17-19.
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult).
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci-boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [15 Maret 2008]
Hostettmann, K., dkk., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.
Sastrohamidjojo, Hardjono., 2001, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.
http://lusianadanispramesti.blogspot.com/
Sekian artikel Laporan Praktikum Fitokimia Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Laporan Praktikum Fitokimia Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci dengan alamat link https://praktikum-laporan.blogspot.com/2018/07/laporan-praktikum-fitokimia-isolasi-flavaonoid-dari-temu-kunci.html