tag:blogger.com,1999:blog-53388227093371731242024-03-06T05:09:16.219+07:00Laporan PraktikumUnknownnoreply@blogger.comBlogger192125tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-63089430002683781332022-08-16T00:38:00.000+07:002022-08-16T00:38:20.081+07:00Laporan Praktikum Mikrobiologi Lingkungan<div style="text-align: center;">
<b>MIKROBIOLOGI UDARA</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>(Laporan Praktikum Mikrobiologi Lingkungan)</b></div>
<br />
<br />
I. PENDAHULUAN<br />
<br />
A. Latar Belakang<br />
<br />
Mikroba ada dimana-mana, termasuk udara. Diudara hidup berbegai jenis mikroba yang saling hidup berdampingan. Udara terdiri dari berbagai lapisan hingga ketinggian sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer. Di daerah subtropis, troposfer memanjang sekitar 11 km sedangkan di daerah tropis sampai sekitar 16 km. Troposfer ini dicirikan dengan keberadaan mikroorganisme. Temperatur atmosfer bervariasi dekat permukaan bumi. Namun, mikroba dalam jumlah besar ditemukan di atmosfer bagian bawah (permukaan bumi). <br />
Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial. Saat ini, masyarakat di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih dan segar karena tingginya tingkat pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran udara seperti ini mengakibatkan logam-logam berat berbahaya, virus, bakteri dan mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui tarikan napas kita. Mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berterbangan bebas di udara dan cara penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut. Pada praktikum kali ini, kami akan memaparkan beberapa jenis mikroba udara serta identifikasi jenis mikroba udara dari berbagai ruangan laboratorium yang berbeda-beda. <br />
<br />
B. Tujuan<br />
Tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui berbagai jenis mikroba yang ditemukan di udara.<br />
<br />
<br />
<br />
II. TINJAUAN PUSTAKA<br />
<br />
Mikrobiologi Lingkungan<br />
Menurut Budiyanto (2005), lingkungan merupakan sesuatu yang ada di sekeliling kita dimana semua makhluk hidup berada dari makhluk terkecil (mikroorganisme) sampai makhluk yang sempurna (manusia). Lingkungan yang terdiri dari udara, air dan tanah dimana dari ketiga komponen tersebut kita sangat membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, bila ketiga komponen tersebut terganggu maka terganggu pula aktivitas kita, misalnya saja jika terdapat mikroorganisme yang tidak menguntungkan dalam air dan yang lain-lainnya, lebih lanjutnya akan kita bahas di bawah ini. Peranan mikroorganisme dalam pengelolaan pencemaran lingkungan dapat terjadi dalam dua hal :<br />
• Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan untuk menggantikan suatu proses produk sehingga hanya menghasilkan polutan sedikit mungkin.<br />
• Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan sebagai organisme pembersih. <br />
<br />
Mikrobiologi udara<br />
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme-organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara, batuk, dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel di udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel-partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu (Budiyanto, 2002). <br />
Menurut Unus Suriawiria (1985), kompisisi baku udara yang kita hisap setiap saat, sudah diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan dengan semakin kompleknya masalah pencemaran udara maka komposisi tersebut banyak yang berubah, khususnya karena terdapat komponen asing/mikroorganisme. Komposisi baku udara secara kimia sebagai berikut:<br />
Tabel. Komposisi udara murni tanpa cemaran mikrooganisme<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://www.dropbox.com/s/qpf3u0f35q181eo/Laporan%20Praktikum%20Mikrobiologi%20Lingkungan.doc?dl=0" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://taripanya21.blogspot.com/2014/01/mikrobiolobi-lingkungan-mikrobiologi.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber </a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-72999231186378644392022-08-16T00:37:00.000+07:002022-08-16T00:37:50.092+07:00Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)<h3 style="text-align: center;">
Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah</h3>
<h3 style="text-align: center;">
Kacang Hijau (<i>Phaseolus radiatus</i><i> </i>L.)</h3>
<b>A. </b><b>Tujuan</b> : Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan<br />
<b> </b>kecambah kacang hijau.<br />
<b>B. </b><b>Landasan Teori </b><br />
<br />
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting untuk
melaksanakan proses fotosintesis. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau
tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga tak mungkin mampu bertahan
hidup untuk jangka waktu yang lama. Namun, di sisi lain cahaya dapat
merupakan faktor yang menghambat pertumbuhan karena auksin jika terkena
cahaya akan menjadi zat yang menghambat pertumbuhan.<br />
<b>C. </b><b>Alat dan Bahan</b> :<br />
Gelas Aqua<br />
Silet / gunting<br />
Kardus<br />
Kertas label<br />
Penggaris<br />
Air<br />
Biji Kacang Hijau (<i>Phaseolus radiatus</i><i> </i>L. )<br />
<b>D. </b><b>Cara Kerja</b> :<br />
<ol>
<li>Menyediakan 6 gelas aqua plastik bekas, masing-masing diisi media tanam pasir dan tanah sampai 4∕5 tinggi gelas aqua.</li>
<li>Menanam 5 biji kacang hijau (<i>Phaseolus radiatus</i><i> </i>L.) kedalam masing-masing media tanam pada gelas aqua sedalam 0,5 cm dari permukaan.</li>
<li>Membasahi dengan air media tanam tersebut.</li>
<li>Menempatkan 3 media tanam pada tempat terang.</li>
<li>Menempatkan 3 media tanam pada tempat gelap.</li>
<li>Mengamati dan mengukur pertumbuhannya pada hari ke-2, 4,6,8.</li>
</ol>
<br />
<b>E. </b><b>Data Hasil Pengamatan</b><br />
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 600px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="38"><b>No</b></td>
<td valign="top" width="47">
<div align="center">
<b>Hari ke</b></div>
</td>
<td valign="top" width="132"><b>Tinggi tanaman pada tempat terang (cm)</b></td>
<td valign="top" width="57"><b>Rata-rata</b></td>
<td valign="top" width="113"><b>Ciri tanaman yang muncul</b></td>
<td valign="top" width="132"><b>Tinggi tanaman pada tempat gelap (cm)</b></td>
<td valign="top" width="57"><b>Rata-rata</b></td>
<td valign="top" width="113"><b>Ciri tanaman yang muncul</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="38">
<div align="center">
1</div>
</td>
<td valign="top" width="47">
<div align="center">
2</div>
</td>
<td valign="top" width="132">
<div align="center">
-</div>
</td>
<td valign="top" width="57">
<div align="center">
-</div>
</td>
<td valign="top" width="113">
<div align="center">
-</div>
</td>
<td valign="top" width="132">
<div align="center">
-</div>
</td>
<td valign="top" width="57">
<div align="center">
-</div>
</td>
<td valign="top" width="113">
<div align="center">
-</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="38">
<div align="center">
2</div>
</td>
<td valign="top" width="47">
<div align="center">
4</div>
</td>
<td valign="top" width="132">6,8,6,4,6</td>
</tr>
</tbody>
</table>
7,10,8,8,6<br />
7,10,8,8,6<br />
5,2 Daun hijau muda dan mulai membuka. Batang merah dan condong ke arah cahaya13,17,15,12,5<br />
14,15,14,15,5<br />
9,16,14,15,612,3Daun pucat dan mengatup. Batang pucat dan tegak lurus<br />
<div align="center">
3</div>
<div align="center">
6</div>
20,17,17,15,16<br />
12,13,13,13,15<br />
9,6,7,9,812,7Daun hijau tua dan membuka. Batang mulai merah pudar dan condong ke arah cahaya17,24,28,26,24<br />
17,25,28,22,27<br />
24,25,27,19,2724Daun kuning pucat dan membuka. Batang pucat dan tumbuh panjang kesegala arah<br />
<div align="center">
4</div>
<div align="center">
8</div>
17,20,19,18,23<br />
17,15,14,14,14<br />
10,10,10,11,914,7Daun hijau tua, segar, membuka penuh. Batang merah
muda, tumbuh pendek, condong ke arah cahaya dan terlihat
gemuk30,27,28,29,27<br />
24,27,30,29,28<br />
29,31,27,27,2427,8Daun kuning tua dan menutup . Batang pucat, tumbuh panjang ke segala arah, dan terlihat kurus<br />
<br />
<br />
<i><b>F. </b></i><i><b> </b></i><i><b>Pembahasan</b></i><br />
<br />
Pada hari ke-2, tidak dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan kecambah kacang hijau.<br />
Hari ke-4, tinggi tanaman di tempat terang pada gelas 1
(6,8,6,4,6)cm, gelas 2 (7,10,8,8,6)cm, gelas 3 (7,10,8,8,6)cm, dan
rata-rata tinggi tanaman di tempat terang adalah 5,2 cm. Ciri tanaman
yang muncul: Daun berwarna hijau muda dan mulai membuka, batang berwarna
merah dan condong ke arah cahaya. Sedangkan tinggi tanaman di tempat
gelap pada gelas 1 (13,17,15,12,5)cm, gelas 2 (14,15,14,15,5)cm, gelas 3
(14,15,14,15,5)cm, dan rata-rata tingginya adalah 12,3 cm. Ciri tanaman
yang muncul: Daun pucat dan mengatup, batang pucat dan tumbuh tegak
lurus.<br />
Hari ke-6, tinggi tanaman di tempat terang pada gelas 1
(20,17,17,15,16)cm, gelas 2 (12,13,13,13,15)cm, gelas 3 (9,6,7,9,8) cm,
dan rata-rata tinggi tanaman di tempat terang adalah 12,7 cm.Ciri
tanaman yang muncul: Daun hijau tua dan membuka, batang mulai berwarna
merah pudar dan condong ke arah cahaya. Sedangkan tinggi tanaman di
tempat gelap pada gelas 1 (17,24,28,26,24)cm, gelas 2
(17,25,28,22,27)cm, gelas 3 (24,25,27,19,27)cm, dan rata-rata tingginya
adalah 24 cm. Ciri tanaman yang muncul: Daun berwarna kuning pucat dan
membuka, batang pucat dan tumbuh panjang kesegala arah.<br />
Hari ke-8, tinggi tanaman di tempat terang pada gelas 1
(17,20,19,18,23)cm, gelas 2 (17,15,14,14,14)cm, gelas 3
(10,10,10,11,9)cm, dan rata-rata tinggi tanaman di tempat terang adalah
14,7 cm. Ciri tanaman yang muncul: Daun berwarna hijau tua, segar,
membuka penuh, batang berwarna merah muda, tumbuh pendek, condong ke
arah cahaya dan terlihat gemuk. Sedangkan tinggi tanaman di tempat gelap
pada gelas 1 (30,27,28,29,27)cm, gelas 2 (24,27,30,29,28)cm, gelas 3
(29,31,27,27,24)cm, dan rata-rata tingginya adalah 27,8 cm. Ciri
tanaman yang muncul: Daun berawarna kuning tua dan menutup, batang
pucat, tumbuh panjang ke segala arah, dan terlihat kurus.<br />
<b>G. </b><b>Pertanyaan</b><br />
<br />
<ol>
<li>Berapakah tinggi tanaman kacang hijau di tempat terang, pada hari ke-8?</li>
</ol>
Jawab: Gelas I(17 cm, 20 cm, 19 cm, 18 cm, 23 cm), gelas II(17 cm, 15<br />
cm, 14 cm, 14 cm, 14cm) dan gelas III(10 cm, 10 cm, 10 cm, 11,9<br />
cm).<br />
<ol>
<li>Berapakah tinggi tanaman kacang hijau di tempat gelap, pada hari ke-8?</li>
</ol>
Jawab: Gelas I(30 cm, 27 cm, 28cm, 29 cm, 27cm), gelas II(24 cm, 27 cm,<br />
30 cm, 29 cm , 28 cm), dan gelas III(29 cm, 31 cm, 27 cm, 27 cm, 24 cm).<br />
<ol>
<li>Pertumbuhan pada tempat terang /gelapkah yang lebih cepat?</li>
</ol>
Jawab:Pertumbuhan tanaman pada tempat gelap lebih cepat dari pada<br />
pertumbuhan tanaman pada tempat terang.<br />
<ol>
<li>Bagaimana ciri-ciri fisik tumbuhan yang tumbuh di tempat terang?</li>
</ol>
Jawab: Tumbuh lebih pendek, dengan kondisi fisik tanaman sehat dan<br />
subur ditandai dengan batang terlihat gemuk dan berwarna merah<br />
muda, daun terlihat segar dan berwarna hijau.<br />
<ol>
<li>Bagaimana ciri-ciri fisik tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap, gejala itu disebut ?</li>
</ol>
Jawab: Tumbuh lebih tinggi, dengan kondisi fisik tanaman yang<br />
kurang sehat, batang terlihat kurus, warna batang dan<br />
daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna<br />
kuning tua. Peristiwa pertumbuhan yang cepat di tempat gelap<br />
disebut etiolasi.<br />
<ol>
<li>Mengapa dalam satu macam perlakuan yang sama, pertumbuhan kecambah ada yang berbeda?</li>
</ol>
Jawab: Peristiwa itu terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon<br />
auksin. Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari.<br />
Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak<br />
sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat.<br />
Akibatnya, batang tanaman akan lebih pendek.<br />
Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai<br />
sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya,<br />
batang tanaman akan lebih panjang.<br />
<ol>
<li>Faktor luar apa saja yang mempengaruhi perkecambahan?</li>
</ol>
Jawab: Cahaya, nutrisi, suhu, air dan oksigen.<br />
<ol>
<li>Buatlah grafik pertumbuhan tanaman kacang hijau dari percobaan yang anda lakukan !</li>
</ol>
Jawab:<br />
<a href="http://ghofarudin.files.wordpress.com/2012/09/kecambah2.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-540" src="http://ghofarudin.files.wordpress.com/2012/09/kecambah2.jpg?w=595" title="kecambah2" /></a><br />
<ol>
<li><b>H. </b><b>Kesimpulan</b></li>
</ol>
<br />
Jadi, dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa semakin banyak
intensitas cahaya yang diterima maka proses perkecambahan akan berjalan
lambat namun menumbuhkan kualitas tanaman yang baik. Sebaliknya,
semakin sedikit intensitas cahaya yang diterima maka pertumbuhan semakin
cepat, hanya saja kualifikasi tanaman kacang hijau jelek karena
mengalami etiolasi.<br />
<br />
sumber:<a href="http://ghofarudin.wordpress.com/" rel="nofollow" target="_blank"> http://ghofarudin.wordpress.com </a>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-54835116761614279742018-09-04T08:58:00.000+07:002018-09-04T08:58:33.298+07:00Laporan Praktikum Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci<b>Laporan Praktikum Fitokimia Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci</b><br />
<br />
A. Tujuan praktikum<br />
Mahasiswa mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.<br />
<br />
B. Dasar teori<br />
Maserasi<br />
Secara harfiah berarti merendam. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Catatan jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.<br />
Flavonoid<br />
<br />
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C5 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon. Cincin A mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001).<br />
<br />
Kromatografi<br />
<br />
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.<br />
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler<br />
C. Alat dan Bahan<br />
1.Seperangkat alat maserasi<br />
2. Seperangkat alat KLT<br />
3. Beaker glass<br />
4. Stirer<br />
5. Rotavapour<br />
6. Cawan porselin<br />
<br />
BAHAN<br />
<br />
1. Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)<br />
2. Etanol<br />
3. Etil asetat<br />
4. Heksan<br />
5. Standar pinostrobin<br />
<br />
E.Cara kerja<br />
<br />
1.EKSTRAKSI<br />
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.<br />
2. ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF<br />
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai.<br />
Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.<br />
3. IDENTIFIKASI<br />
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:<br />
a. Fase diam : Silika gel GF 254<br />
b. Fase gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)<br />
c. Cuplikan : Larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol<br />
d. Deteksi : UV 254<br />
<br />
Catat harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin<br />
F. Hasil pengamatan<br />
1. Ekstraksi<br />
Nama simplisia : Boesenbergia pandurata<br />
Metode ekstraksi : maserasi<br />
Jumlah pelarut yang digunakan : 200 ml<br />
Ekstrak yang didapat : 7 gram<br />
Rendemen = 7 gram : 100 gram X 100 %<br />
= 7 %<br />
Pemerian ekstrak temu kunci :<br />
Warna : kuning tua<br />
Rasa : agak pahit , menimbulkan rasa agak tebal<br />
Bentuk / / tekstur : cair<br />
Bau : khas aromatik<br />
2.Pengamatan dengan KLT preparative<br />
Fase gerak : etil asetat : heksan (4:1)<br />
Fase diam : Silica GF 254<br />
Pembanding : Pinostrobin dalam etanol dan larutan sampel<br />
<br />
<br />
3.Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis<br />
Fse Fase gerak : etil asetat : heksan (4:1)<br />
Fase diam : Silica GF 254<br />
Pembanding : Pinostrobin dalam etanol dan larutan sampel<br />
Jarak yang di tempuh fase gerak : 8 cm<br />
Jarak yang di tempuh ekstrak temu kunci : 4.6 cm<br />
Jarak yang di tempuh larutan penostrobin : 4 .4 cm<br />
Rf pinostrobin = 4.4 cm : 8 cm<br />
= 0.55<br />
Rf temu kunci = 4.6 cm : 8 cm<br />
= 0.575<br />
G. Pembahasan<br />
Pada praktikum kali ini yaitu mengisolasi pinostrobin dan mengidentifikasi isolate yang diperoleh dari temu kunci. Isolasi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70 %.Metode maserasi ini bertujuan agar zat aktif terdesak keluar dari sel. Pertama yang dilakukan adalah mencampur etanol dengan serbuk halus temu kunci, kemudian diaduk menggunakas stirrer selama 1 jam , . Pengadukan ini berfungsi agar serbuk dan etanol bersentuhan sehingga flavonoid dalam serbuk dapat tersari semua., kemudian saring dengan kertas saring, pekatkan dengan rotary evaporator. Tujuan pemekatan adalah supaya etanol benar – benar hilang dan diperoleh ekstrak kental.Penguapan dengan rotary evaporator dilakukan kerena tekanan yang diperoleh dari rotary vaporator menyebabkan etanol dapat menguap dibawah titik didihnya sehingga suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi dan tidak merusak ekstrak yang diperoleh. Digunakan pelarut etanol karena etanol dapat menembus semua jaringa simplisia / tanaman untuk menarik zat aktif keluar dari jaringan tanaman/ simplisia, etanol juga tidak menyebabkan pembengkakan pada membrane sel dan memperbaiki stabilitas obat terlarut.sifatnya mampu mengendapkan albumin,emghambat kerja enzim, melarutkan hamper semua bahan organiksenyawa polar atau non polar, sehingga senyawa – senyawa kimia aktif sepertyi flavonoid, alkaloid, tannin dan saponin dapat terlarut dalam pelarut.<br />
<br />
Selanjutnya dilakukan isolasi dengan KLT preparative yang bertujuan untuk memisahkan komponen dari zat pengotor. KLT preparative berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan komponen – komponen senyawa kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap absorben terhadap komponen kimia maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga ini menyebabkan pemisahan (Munson, 2010 ). Ekstrak kental ditotolkan memanjang pada silic GF 254 dengan pengembang etil asetat : heksan (4: 1 ).Deteksi dengan sinar UV 366 nm, bercak / noda dengan pita ditandai, kemudian dikerok dan dilarurkan menggunakan etanol dan diamkan hingga etanol menguap, simpan padatan yang diperoleh dalam cawan porselen dan tutup dengan rapat menggunakan aluminium foil selam 1 minggu ditempat terlindung dari cahaya.<br />
<br />
Identifikasi zat aktif dilakukan dengan KLT . Padatan zat yang diperoleh dari isolasi dilarutkan dalam etanol kemudian ditotolkan dlam lempeng silica dianalisa secar kualitatif dengan menggunakan fase gerak etil asetat : heksan (1 : 4). Harga Rf temu kunci yang dipeoleh 0.575 sedang kan harga Rf pembanding pinostrobin 0.5. Rendemen yang dihasilkan dalam percobaan ini sebesar 7%.Bercak yang terbentuk pada lempeng KLT kuning kehijaun pada pengamatan menggunakan sinar UV 366 nm.<br />
I. Kesimpulan<br />
Berdasarkan praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan :<br />
1. Praktikan mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi dengan KLT<br />
2. Temu kunci diekstraksi dengan metode maserasi dan dihasilkan ekstrak cair berwarna kuning tua<br />
3. Temu kunci postif mengandung FLavonoid ini dibuktikan pada identifikasi dengan KLT warna bercak hijau kekuningan pada sinar UV 366 nm<br />
4. Hasil dari isolasi pinostrobin temu kunci di percobaan ini murni mengandung pinostrobin, ini ditunukkan dengan harga Rf temu kunci yang mendekati harga Rf pinostrobin standar.<br />
5. Rendemen hasil praktikum sebesar 7 % tidak sesuai litreratur , literature menyebutkan bahwa kadar sari yang larut etanol tidak kurang dari 14 % (MMIjilid I , 1977 halaman 23 ).Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-70216076016140166422018-09-04T08:44:00.000+07:002018-09-04T08:44:29.457+07:00Laporan Praktikum Fraksinasi Ekstraksi Cair-cair<b>Laporan Praktikum Fraksinasi Ekstraksi Cair-cair</b><br />
<br />
A. TUJUAN<br />
Mahasiswa dapat melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan cara ekstraksi cair-cair.<br />
B. DASAR TEORI<br />
Fraksinasi<br />
Ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa sehingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisi kelompok senyawa senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hamoir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang kecil.<br />
Kromatografi<br />
<br />
Kromatogrrafi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan,ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah padat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok ( fase gerak), pemisahan terjadi selama penambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakan (dideteksi) (Stahl, 1985).<br />
<br />
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan senyawa yang bereaksi seperti silica gel atau alumina. Silica gel biasa diberi pengikat dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa digunakan adalah kalium sulfat (Sastrohamidjojo, 1991).<br />
<br />
Kromatografi lapis tipis juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembangan disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silica gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari kromatografi lapis tipis adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Oleh karena itu, bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.<br />
<br />
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa<br />
Jarak yang ditempuh pelarut<br />
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), fase yang digunakan pada KLT yaitu :<br />
1. Fase diam<br />
Fase diam digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata pertikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja kromatografi lapis tipis dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama adalah adsorpsi dan partisi.<br />
2. Fase gerak<br />
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam meilih dan mengoptimasi fase gerak :<br />
a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif<br />
b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan<br />
c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.<br />
d. Solut-solut ionik dan solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu.<br />
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolakan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan menurunkan resolusi.<br />
<br />
<br />
<br />
C. ALAT DAN BAHAN<br />
Alat<br />
1. Beaker glass<br />
2. Erlenmayer<br />
3. Corong pisah<br />
4. Gelas ukur<br />
Bahan<br />
1. Ekstrak hasil maserasi temu kunci<br />
2. N- heksan<br />
3. Etil asetat<br />
4. Etanol 96%<br />
5. Aquadest<br />
6. Standar pinostrobin<br />
<br />
D. CARA KERJA<br />
1. Ekstraksi Cair-cair<br />
Ekstrak etanol hasil maserasi diencerkan dengan etanol-air (1:1) sebanyak 150 ml, diaduk terus sampai encer dan homogen, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah, difraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksan dan etil asetat. Mula-mula difrajkksinasi dengan n-heksan sebanyak 150 ml diperoleh fraksi n-heksan dan etanol. Fraksi n-heksan dipisahkan, kemudian fraksi etanol difraksinasi lagi dengan n heksan sebanyak 50 ml, diperoleh fraksi n- heksan dan etanol.fraksi n-heksan dipisahkan. Fraksi etanol-air difraksinasi lagi dengan etil asetat sebanyak 150 ml. Diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan 50 ml pelarut untuk setiap penyariannya. Sari pertama, kedua dan ketiga dikumpulkan dalam erlenmeyer secara terpisah. Ekstraksi hasil fraksinasi dipekatkan dengan rotary evaporator.<br />
2. Identifikasi<br />
KLT :<br />
a. Fase diam : silika gel GF 254<br />
b. Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4:1)<br />
c. Cuplikan : Hasil fraksi dan standar pinostrobin<br />
d. Deteksi : sinar UV 254<br />
<br />
E. HASIL<br />
· Nama simlpisia : Temu Kunci<br />
Metode ekstraksi : Maserasi<br />
Rendemen : Tidak menghitung<br />
· Urutan fraksi :<br />
1. Air 20 ml<br />
2. Air 20 ml<br />
3. Air 20 ml<br />
4. Air 20 ml<br />
· Jumlah solvent :<br />
1. 20 ml air<br />
2. 20 ml air<br />
3. 20 ml air<br />
4. 20 ml air<br />
<br />
· Hasil pengamatan KLT :<br />
<br />
Jarak yang ditempuh senyawa :<br />
1. Sampel murni : 3,8 cm<br />
2. Fraksi 2 : 3,7 cm<br />
3. Fraksi 4 : 3,9 cm<br />
<br />
· Rf = jarak yang ditempuh senyawa / jarak ditempuh pelarut<br />
1. 3,8 / 8 = 0,475<br />
2. 3,7 / 8 = 0,463<br />
3. 3,9 / 8 = 0,488<br />
<br />
A. PEMBAHASAN<br />
Pada praktikum fraksinasi secara ekstraksi cair-cair ini bertujuan untuk mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair. Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Sedangkan ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Komponen kimia akan terpisah didalam dua fase tersebuut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tepat (Sudjadi, 1986).<br />
Dalam praktikum ini digunakan sampel ekstrak temu kunci dan air sebagai pelarut. Air yang digunakan ini berperan sebagai pelarut polar. Tujuan dari fraksinasi cair- cair bertingkat ini adalah untuk memisahkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan etanol 96%. Pada percobaaan ini digunakan corong pisah untuk melakukan fraksinasi.<br />
<br />
Langkah yang dilakukan adalah ekstrak temu kunci dimasukkan kedalam corong pisah kemudian tambahkan air sebanyak 20 ml dan dikocok pada satu arah. Sesekali membuka keran pada corong pisah untuk mengeluarkan udara hasil pengocokan. Kemudian tegakkan corong pisah, maka akan terlihat adanya dua fase, dimana fase atas adalah ekstrak temu kunci dan lapisan bawah adalah air. Kemudian buang fase air, dan ambil sedikit dari hasil fraksi temu kunci. Lakukan fraksinasi kembali hingga didapat hasil yang keempat.<br />
<br />
Langkah selanjutnya adalah identifikasi menggunakan KLT.sampel yang akan diidentifikasi adalah sampel murni temu kunci, fraksinasi yang kedua dan fraksinasi yang keempat. Setellah sampel-sampel tersebut ditotolkan pada plat silika masukkan ke dalam chamber yang berisi n-heksan : etil asetat (4:1) yang telah dielusi.<br />
Setelah fase gerak sudah mencapai batas, ambil plat silika kemudian diangin-anginkan supaya kering. Kemudian diamati dibawah lampu UV 366. Dari hasil kromatografi lapis tersebut didapat adanya spot pada masing- masing sampel. Spot pada standar murni , fraksinasi ke dua dan fraksinasi keempat masing- masing berjumlah dua. Jumlah spot antara masing-masing sampel masih memiliki jumlah spot yang sama, hal ini disebabkan oleh fraksinasi yang kurang sempurna. Rf yang didapat dari masing- masing sampel dari senyawa murni, hasil fraksi kedua dan hasil fraksi keempat adalah 0,475; 0,463 dan 0,488.<br />
<br />
B. KESIMPULAN<br />
Dari percobaan ini didapat kesimpulan bahwa fraksinasi adalah proses pemisahan senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Hasil yang didapat adalah jumlah spot yang sama yaitu 2. Hal ini disebabkan oleh fraksinasi yang kurang sempurna.<br />
<br />
C. DAFTAR PUSTAKA<br />
Gandjar, I. G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Anlisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.<br />
Sthal, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Diterjemahkan oleh Kosasih dan Iwang. Bandung : ITB<br />
Sastrihamidjojo, H. 1991. Kromatografi Edisi III. Yogyakarta : Liberty.<br />
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.<br />
http://mylaporanbernadeta.blogspot.com/2018/07/fraksinasi-secara-ekstraksi-cair-cair.htmlUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-89223487500943994382018-09-04T08:39:00.001+07:002018-09-04T08:39:37.420+07:00Laporan Praktikum Fitokimia Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair<b>Laporan Praktikum Fitokimia Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair</b><br />
<br />
A.Tujuan Praktikum<br />
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan Ekstraksi Cair-cair.<br />
B. Dasar Teori<br />
<br />
Fraksinasi<br />
Ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa sehingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisi kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang kecil.<br />
Partisi Ekstraksi Cair - Cair<br />
<br />
Ekstraksi cair - cair merupakan suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah.Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.<br />
<br />
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.<br />
<br />
Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organic lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non polar.<br />
<br />
Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :<br />
1) Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik, maka komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap adsorben dan ada interaksi antara komponen dengan adsorben<br />
2) Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling bercampur - Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan fase gerak. Karena fase diam memberikan daerah yang sangat luas bagi fase gerak, maka pemisahan berlangsung lebih baik.<br />
<br />
Prinsip ekstraksi cair-cair adalah dilakukan dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimi yang terpisah.<br />
Kromatografi<br />
<br />
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.<br />
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).<br />
<br />
C. Alat dan Bahan<br />
Alat<br />
1.Beaker gelas<br />
2.corong pisah<br />
3.gelas ukur<br />
BAHAN<br />
1. Ekstrak hasil maserasi temu kunci<br />
2. n-Heksan<br />
3. Etil Asetat<br />
4. Etanol 96%<br />
5. Aquadest<br />
6. Standar pinostrobin<br />
<br />
D. Cara Kerja<br />
1.Ekstraksi Cair – cair<br />
Ekstrak temu kunci hasil maserasi diencerkan menggunakan air, masukkan ekstrak ke dalam corong pisah lalu tambahkan dengan air sebanyak 20 ml, difraksinasi berturut-turut dengan air selama 4 kali, pada fraksi ke 2 dan ke 4 ambil sedikit sampel untuk di KLT, jika pada fraksinasi batas tidak terlalu nampak dapat ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5 ml.<br />
2.Identifikasi Kromatografi lapis tipis :<br />
Fase diam : Silika gel GF 254<br />
Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)<br />
Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni<br />
Deteksi : UV 366 nm<br />
E. Hasil pengamatan<br />
Nama simplisia : Boesenbergia pandurata<br />
Metode ekstraksi : maserasi<br />
Urutan fraksinasi :<br />
Fraksi I : 20 ml ekstrak temu kunci ditambah 20 ml air masukkan dalam corong pisah , kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi I <br />
<br />
Fraksi II : ekstrak temu kunci sisa fraksi I ditambah 20 ml air , kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi II <br />
<br />
Fraksi III : ekstrak temu kunci sisa fraksi II ditambah 20 ml air , kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi III <br />
<br />
Fraksi IV: ekstrak temu kunci sisa fraksi III ditambah 20 ml air, kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi IV <br />
<br />
JUmlah solvent :<br />
Solvent I : 20 ml aquadest<br />
Solvent II : 20 ml aquadest<br />
Solvent III: 20 ml aquadest<br />
Solvent IV : 20 ml aquadest<br />
<br />
Hasil identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis<br />
Fase diam : Silika gel GF 254<br />
Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)<br />
Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni<br />
Deteksi : UV 366 nm<br />
Jarak yang ditempuh fraksi II : 3.7 cm<br />
Rf = 3,7 cm : 8cm<br />
= 0,4625<br />
<br />
Jarak yang ditempuh fraksi IV : 3.5 cm<br />
Rf = 3,5 cm : 8cm<br />
=0.4375<br />
<br />
Jarak yang ditempuh pembanding : 3.78cm<br />
Rf = 3,8 cm : 8cm<br />
= 0.475<br />
<br />
F. Pembahasan<br />
<br />
Pada praktikum kali ini yaitu fraksinasi ek terhadap maserat temu kunci. Fraksinasi sendiri sendiri adalah pemisahan senyawa senyawa berdasarkan kelarutan . dalam praktikum ini menggunakan corong pisah , corong pisah ini digunakan untuk memisahkan komponen dalam suatu campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda yang tak tercampurkan.<br />
<br />
Ekstrak temu kunci di fraksinasi dengan pelarut air di dalam corong pisah , dikocok dengan satu arah dan dilakukan fraksinasi sebanyak 4 kali , pada fraksinasi kedua dan ke empat diambil sedikit untuk pengujian KLT. Dalam identifikasi secara KLT ini digunakan ekstrak hasil Ektrak Cair-Cair yang dalam keadaan cair. Kemudian sampel yang telah disiapkan ditotolkan menggunakan pipet kapiler pada lempeng (untuk masing-masing sampel) yang telah diaktifkan, karena lempeng memiliki rongga-rongga udara atau kelembabannya tinggi jadi harus diaktifkan jika tidak diaktifkan maka akan mempengaruhi proses elusi dari lempeng, dan jika proses elusi terganggu maka akan mempengaruhi penampakan noda. . Kemudian lempeng yang telah ditotol dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan dengan peletakan 450. Adapun tujuan dari penjenuhan chamber adalah untuk menyamakan tekanan di dalam dan di luar chamber di mana tekanannya yaitu 1 atm, sehingga nantinya akan memudahkan senyawa untuk terelusi. Setelah itu chamber ditutup dan dibiarkan hingga terelusi ke atas sampai batas elusi yang telah dibuat. Setelah terelusi sempurna lempeng dikeluarkan dan diangin-anginkan hingga kering dan selanjutnya dilakukan penandaan pada noda yang tampak. selanjutnya noda yang terbentuk diamati di bawah sinar lampu UV 366 nm, dimana penampakan noda pada lampu UV 366 nm lempeng akan tampak berwarna gelap sedangkan noda akan berflouresensi hal ini disebabkan karena adanya daya interaksi antara Uv dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. <br />
<br />
Dari hasil pengamatan terlihat dari ketiga noda terlihat warna kuning kehijuan yang sama jelasnya ,seharusnya ada perbedaan dari fraksi I dan fraksi Iv, dimana fraksi I seharusnya tampak lebih jelas dari pada fraksi yang IV, ini dimungkinkan pada waktu penggojokan kurang maksimal atau pada waktu penotolan tidak sama rata. Pada hasil KLT harga Rf fraksi pertama 0.4625 dan Fraksi ke empat 0.4375 dan Rf pembanding 0.475.<br />
G.Kesimpulan<br />
Berdasarkan percobaaan diatas dapat disimpulkan :<br />
1. Praktikan mampu melalukan fraksinasi pada ekstrak temu kunci dengan ekstraksi cair – cair<br />
2. Hasil dari farksinasi I dan IV pada identifikasi KLT pada sinar UV 366 nm tidak ada perbedaan , ini dikarenakan kurang dalam pengocoka di corong pisah atau penotolan pada lempeng tidak sama rata.<br />
H. Daftar Pustaka<br />
Anonim, 1989, Materia Medika Jilid Iv, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.<br />
Hostettman , K., dkk.,1995, Cara Kromatografi Preparatif , Penerbit ,ITB, Bandung<br />
Sastroamidjojo , Hardjono, 2001.Kromatografi, Liberty, Yogyakarta<br />
http://tripandadventurejogja.blogspot.com/2018/07/laporan-praktikum-fitokimia-fraksinasi.html Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-54253846508608255012018-08-30T07:24:00.003+07:002018-08-30T07:24:47.997+07:00Laporan Penentuan Kadar Besi secara Spektrofotometri<b>LAPORAN PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI</b><br />
<br />
A. TUJUAN<br />
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar besi pada sampel air secara spektrofotometri.<br />
<br />
B. LANDASAN TEORI<br />
Air konsumsi adalah air yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum yaitu kadar Fe sebesar 0,3 mg/l. Secara kualitas, ditemukan beberapa penyimpangan terhadap parameter kualitas air bersih, baik kualitas fisik, kimia, biologi, ataupun radioaktif. Penurunan kualitas air diantaranya diakibatkan oleh adanya kandungan besi yang sudah ada pada tanah karena lapisan-lapisan tanah yang dilewati air mengandung unsur-unsur kimia tertentu, salah satunya adalah persenyawaan besi. Besi merupakan salah satu unsur pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan besi dalam air tanah biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral terutama oksida, sulfida karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam tersebut (Poerwadio dkk, 2004).<br />
<br />
Besi (Fe) merupakan mineral makro dalam kerak bumi, tetapi dalam sistem biologi tubuh merupakan mineral mikro. Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin). Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel (Arifin, 2008).<br />
<br />
Secara fisiologis Fe berperan ganda sebagai logam esensial tetapi juga bisa toksik. Batas pemisahnya adalah konsentrasinya. Fe terutama terdapat sebagai heme dari molekul hemoprotein, transferin (protein pengangkut) dan ferritin (gudang besi). Intake Fe yang terlalu besar bisa menyebabkan logam ini terakumulasi sebagai ferritin. Senyawaan ini sangat toksik karena berbentuk Fe(OH)3, sumber besi untuk reaksi (Rahman dan Budi, 2004).<br />
<br />
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur dalam suatu bahan/cuplikan dengan kepekaan, ketelitian serta selektifitas yang tinggi. Metoda analisis ini banyak dipakai untuk menentukan kadar unsur logam dalam suatu bahan. Penggunaan spektrofotometri untuk analisis unsur logam memberikan keuntungan berupa sensitivitas yang cukup tinggi, waktu analisa relativ singkat ketelitian dan ketepatan dapat dipercaya dan tanpa pemisahan dari logam-logam pengganggu lainnya (Asminar dkk, 2008).<br />
<br />
Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi (Karinda, 2013).<br />
<br />
Spektra UV-VIS dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan analisis kuantitatif. Dari aspek kualitatif, jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi inframerah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/ analisis kualitatif suatu senyawa. Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan VIS adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut. Sedangkan dari aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarannya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaa sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik (Gandjar dan Rohman, 2004).<br />
<br />
C. ALAT DAN BAHAN<br />
1. Alat<br />
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:<br />
<br />
Spektrofotometer UV-VIS <br />
Kuvet <br />
Labu takar <br />
Pipet ukur <br />
Filler <br />
Pipet tetes <br />
Gelas kimia <br />
Gelas ukur <br />
<br />
<br />
2. Bahan<br />
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: <br />
<br />
Sampel air sumur <br />
Sampel air sungai <br />
Larutan induk FeCl3 1 M <br />
Larutan CTM <br />
<br />
<br />
D. URAIAN BAHAN<br />
1. Air Suling (Dirjen POM, 1979: Hal. 96)<br />
Nama resmi : Aqua Destillata<br />
Berat molekul : 18,02<br />
Rumus molekul : H2O<br />
Rumus struktur :<br />
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. <br />
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.<br />
Kegunaan : Sebagai sampel.<br />
<br />
2. Besi (III) Klorida (Dirjen POM, 1979: Hal. 659)<br />
Nama resmi : Besi (III) Klorida<br />
Rumus molekul : FeCl3<br />
Pemerian : Hablur atauu serbuk hablur; hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban.<br />
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jingga.<br />
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.<br />
Kegunaan : Sebagai larutan induk.<br />
<br />
3. CTM (Dirjen POM, 1979: Hal. 153)<br />
Nama resmi : Chlorpheniramini Maleas)<br />
Sinonim : Klorfeniramina maleat<br />
Berat molekul : 390,87<br />
Rumus molekul : C16H19ClN2, C4H4O4<br />
Rumus struktur :<br />
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit.<br />
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol dan dalam 10 bagian kloroform; sukar larut dalam eter.<br />
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.<br />
Kegunaan : antihistaminikum, zat tambahan.<br />
<br />
E. PROSEDUR KERJA<br />
LAPORAN PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI<br />
<br />
F. HASIL PENGAMATAN<br />
LAPORAN PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI<br />
<br />
G. PEMBAHASAN<br />
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan energi pada level mikroskopis.<br />
<br />
Spektrofotometri dapat dibedakan menjadi empat, yaitu spektrofotometri UV, spektrofotometri Visible, spektrofotometri UV-Visible, dan spektrofotometri IR (Infra red). Instrumen spektrofotometri UV disebut spektrofotometer UV, spektrofotometri Visible disebut spektrofotometer Visible, spektrofotometri UV-Visible disebut spektrofotometer UV-Visible, dan spektrofotometer IR Prinsip kerja dari masing-masing spektrofotometer intinya sama, yaitu adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan. <br />
<br />
Spektrum UV terentang dari 200 – 400 nm, sedangkan spektrum visibel terentang dari 400 – 800 nm. Radiasi UV dan radiasi visibel merupakan radiasi elektromagnetik yang mempunyai energi yang tergantung pada frekuensi dan panjang gelombang cahaya, sesuai dengan persamaan berikut :<br />
E = h v = (h.c)/λ<br />
h merupakan ketetapan Plank (6,6 . 10-32 joule det), c merupakan kecepatan cahaya (3 . 1010 cm/det), dan λ merupakan panjang gelombang (cm). Dari persamaan tersebut, dapat diketahui semakin besar nilai panjang gelombang, maka semakin kecil energinya, sebaliknya semakin kecil nilai panjang gelombang, maka semakin besar energinya.<br />
<br />
Dalam spektrofotometri UV, larutan yang diukur absorbansinya merupakan larutan tidak berwarna, sedangkan pada spektrofotometri Visible, larutan yang diukur absorbansinya merupakan larutan berwarna. Hal ini berhubungan dengan absorpsi radiasi UV-Visibel mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah keorbital keadaan tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Suatu molekul untuk melakukan transisi elektron membutuhkan energi yang sesuai, sehingga energi tersebut dapat diserap untuk transisi elektron. Energi yang pas atau sesuai diperoleh pada λ maksimum. Dalam setiap panjang gelombang memiliki energinya masing-masing., sehingga harus dicari panjang gelombang yang benar-benar sesuai atau pas (λ maksimum), sehingga seluruh energi dapat diserap dengan maksimal. Suatu larutan berwarna membutuhkan energi yang kecil, sehingga mudah untuk melakukan transisi elektron, sedangkan larutan tidak berwarna membutuhkan energi yang besar, sehingga tidak mudah untuk melakukan transisi elektron. <br />
<br />
Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran absorbansi untuk menentukan konsentrasi besi dalam sampel air. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri Visible, sebab larutan yang digunakan adalah larutan berwarna. Untuk mengukur absorbansinya, terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang maksimumnya agar seluruh energi pada panjang gelombang tersebut dapat diserap, sehingga dapat diukur absorbansinya. Panjang gelombang maksimum yang digunakan adalah 387 nm. Sebelumnya, dilakukan pengukuran absorbansi pada larutan standar FeCl3. Larutan standar yang diukur absorbansinya dibuat dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 0,001 M, 0,002 M, 0,003 M, 0,004 M, dan 0,005 M. Tujuannya untuk mengetahui berapa besar kadar besi dalam FeCl3 dengan konsentrasi tertentu. Larutan FeCl3 dan sampel air yang akan diukur absorbansinya terlebih dahulu ditambahkan larutan CTM yang dapat mengomplekskan FeCl3, dimana Fe dalam FeCl3 menggantikan posisi Cl dalam CTM. Sebaiknya, larutan yang digunakan untuk membentuk larutan kompleks adalah fenantrolin, sebab satu fenantrolin dapat mengikat dua bilangan koordinasi. Semakin banyak fenantrolin yang terikat, semakin kompleks larutannya. Senyawa kompleks terbentuk dari kovalen koordinasi yang dimiliki atom pusat atau berapa pasang elektron yang diberikatan untuk berikatan.Penambahan CTM juga dapat membentuk larutan menjadi berwarna sehingga nilai absorbansinya dapat diukur. Dalam percobaan ini, sebaiknya juga ditambahkan hidroksilamin dan natrium asetat yang berfungsi untuk menjaga Fe agar tidak terlarut mejadi Fe3. Namun, penambahan hidroksilamin dan natrium asetat dapat menimbulkan endapan pada larutan akibat reaksi dari CTM dengan hidroksilamin dan natrium asetat. Larutan yang mengendap tidak dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometer, sehingga tidak dilakukan penambahan hidroksilamin dan natrium asetat.<br />
<br />
Dalam pengukuran absorbansi, dilakukan pula pengukuran larutan blanko. Larutan blanko ini berfungsi untuk mengantisipasi adanya Fe atau senyawa yang dicari dalam pelarut yang digunakan. Sehingga, larutan blanko yang digunakan adalah larutan yang digunakan sebagai pelarut. Dalam percobaan ini pelarut yang digunakan adalah akuades. Dari hasil pengukuran, diperoleh nilai absorbansi larutan standar FeCl3 0,01 M : 2,677 Å, FeCl3 0,02 M : 2,677 Å, FeCl3 0,03 M : 2,677 Å, FeCl3 0,04 M : 2,698 Å, FeCl3 0,05 M : 2,677 Å. Sedangkan, pada sampel air diperoleh nilai absorbansi sampel air sungai : 1.205 Å dan sampel air sumur : 1.169 Å. Konsentrasi Fe yang diperoleh dalam sampel air sungai adalah -0.8398 dan pada air sumur adalah -0.8610. Kadar Fe bernilai negatif yang menunjukkan kandungan Fe dalam sampel air rendah. <br />
<br />
Zat besi merupakan elemen esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit. Zat besi adalah mineral penting bagi tubuh. Manfaat zat besi terutama untuk membawa oksigen ke sel-sel darah. Sekitar 2/3 zat besi dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin. Jika dalam tubuh kekurangan zat besi, maka pengangkutan oksigen ke sel-sel darah dapat terganggu yang dapat menyebabkan anemia. Anemia disebabkan oleh rendahnya kadar zat besi dalam darah karena gangguan penyerapan zat besi, keasaman rendah dalam perut, atau gangguan pada mukosa usus. Sebaliknya, kadar besi dalam tubuh yang berlebih dapat membahayakan tubuh. Sebab besi merupakan logam berat yang akan memicu berbagai efek samping yang merugikan, diantaranya masalah pencernaan, perubahan warna gigi, dan keracunan besi.<br />
<br />
H. KESIMPULAN<br />
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Fe yang diperoleh dalam sampel air sungai adalah -0.8398 dan pada air sumur adalah -0.8610.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Arifin, Zainal, 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Vol. 3 No. 27, Bogor.<br />
<br />
Asminar, Rahmiati, dan Ahmad S., 2008, Analisis Unsur Cu, Cr, Fe, Mg, dan Zn Dalam Paduan AlMgSi-1, Prosiding Seminar Pengelolaan Perangkat Nuklir ISSN 1978-9858, BATAN.<br />
<br />
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. (Hal. 241)<br />
<br />
Karinda, M., Fatimawali dan Gayatri C., 2013, Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis Dan Iodometri, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT, Vol. 2 No. 01, Unsrat Manado.<br />
<br />
Poerwadio, A. D. dan Ali M., Penurunan Kadar Besi oleh Media Zeolit Alam Ponorogo Secara Kontinyu, Jurnal Purifikasi Vol. 5 No. 4, Institut Teknologi Surabaya.<br />
<br />
Rahman, Abdur dan Budi H., 2004, Penyaringan Air Tanah Dengan Seolit Alami Untuk Menurunkan Kadar Besi dan Mangan, Jurnal Makara Kesehatan Vol. 8 No. 1, Universitas Indonesia.<br />
<br />
https://www.elrinalria.com/2018/08/laporan-penentuan-kadar-besi-secara.html Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-44725676703719962842018-07-21T09:06:00.002+07:002018-07-21T09:06:59.717+07:00Laporan Praktikum Fitokimia Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci<b>LAPORAN PRAKTIKUM</b><br />
<b>FITOKIMIA</b><br />
<b>PERCOBAAN KE 3</b><br />
<b>ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI</b> (Boesenbergia pandurata)<br />
<br />
I. Judul Praktikum<br />
Isolasi Flavonoid Dari Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)<br />
<br />
II. Tujuan Praktikum<br />
Mahasiswa mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.<br />
<br />
III. Dasar Teori<br />
1. Klasifikasi dan tata nama<br />
<br />
Kerajaan<br />
:<br />
<br />
Plantae<br />
Subkerajaan<br />
:<br />
<br />
Tracheobionta<br />
Superdivisi<br />
:<br />
<br />
Spermatophyta<br />
Divisi<br />
:<br />
<br />
Magnoliophyta<br />
Kelas<br />
:<br />
<br />
Liliopsida<br />
Bangsa<br />
:<br />
<br />
Zingiberales<br />
Suku<br />
:<br />
<br />
Zingiberaceae<br />
Marga<br />
:<br />
<br />
Boesenbergia<br />
Jenis<br />
:<br />
<br />
Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter<br />
Sinonim<br />
:<br />
<br />
Boesenbergia rotunda (L.) Mansf. Kaempferia pandurata (Roxb.) Gastrochilus pandurata (Roxb.) Ridley<br />
Curcuma rotunda L.<br />
(Herbarium Bandungense ITB, n.d.; USDA, 2000)<br />
<br />
2. Nama daerah (Rukmana, 2008)<br />
Temu Kunci (Melayu, Sunda), Tamu kunci (Minangkabau), Kunci (Jawa), koncih (Sumatera), Konce (Madura), Dumu kunci (Bima), Tamu Konci (Makasar), Konsih atau kangean (Ambon), Anipa Wakang (Hila-Alfuru), Anipa Wakang, Uni Noiwo, Uni Rawu, atau Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru), Rutu Kakuzi atau Enesitale (Seram), Tamputi (Ternate), dan Temu Konci (Bugis).<br />
<br />
3. Nama asing (Geonadi, Fitria, Ayu, Sulistyorini, & Asyiah, n.d.)<br />
Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese Ginger, Ginger key, atau Chinese Key (Cina).<br />
<br />
4. Uraian Temu Kunci<br />
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.<br />
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).<br />
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.<br />
<br />
5. Manfaat Temu Kunci<br />
Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci ( Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa)(Plantus,2008).<br />
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan<br />
<br />
6. Maserasi<br />
Secara harfiah berarti merendam. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Catatan jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.<br />
<br />
7. Flavonoid<br />
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C5 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon. Cincin A mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001). Struktur dasar flavonoid C6-C3-C6 :<br />
8. Kromatografi<br />
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.<br />
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).<br />
<br />
IV. Alat dan Bahan<br />
ALAT<br />
1. Seperangkat alat maserasi<br />
2. Seperangkat alat KLT<br />
3. Beaker glass<br />
4. Stirer<br />
5. Rotavapour<br />
6. Cawan porselin<br />
BAHAN<br />
1. Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)<br />
2. Etanol<br />
3. Etil asetat<br />
4. Heksan<br />
5. Standar pinostrobin<br />
<br />
V. Cara Kerja<br />
1. EKSTRAKSI<br />
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.<br />
2. ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF<br />
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai. Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.<br />
3. IDENTIFIKASI<br />
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:<br />
a. Fase diam : Silika gel GF 254<br />
b. Fase gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)<br />
c. Cuplikan : Larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol<br />
d. Deteksi : UV 254<br />
Catat harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin<br />
<br />
VI. Hasil<br />
Nama simplisia : Boesenbergia Pandurata<br />
Metode ekstaksi : Maserasi<br />
Jumlah pelarut yang diperlukan : 500 ml<br />
Jumlah siklus : -<br />
Rendemen ekstrak : -<br />
<br />
Pemerian ekstrak<br />
1. Aroma : Khas aromatik<br />
2. Warna : Kekuning-kuningan<br />
3. Bentuk/tekstur : Cair<br />
Hasil pengamatan dengan kromatografi<br />
1. Fase diam : silika gel GF 254<br />
2. Fase gerak : Etil asetat : Heksan (1:4)<br />
3. Pembanding : Pinostrombin<br />
4. Deteksi : UV 366<br />
Rotary evaporator<br />
1. Suhu : 60⁰C<br />
2. Putaran : 80 rpm<br />
3. Waktu : 8.40 – 10.20 (100 menit)<br />
<br />
Ekstrak<br />
Berat cawan kosong : 36, 294 gram<br />
Berat cawan + ekstrak : 57,758 gram<br />
Berat ekstrak : 36, 294 gram – 57,758 gram<br />
: 21, 464 gram<br />
VII. Pembahasan<br />
Temu kunci merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat. Bagian yang digunakan umumnya adalah rimpang. Tanaman ini diperbanyak dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian(tiap bagian terdapat paling sedikit dua tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak 30 cm.<br />
Salah satu kandungan zat aktif dari temu kunci adalah flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan dalam jaringan tanaman. Tanaman yang mengandung flavonoid dapat digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi, antialergi dan antihipertensi.<br />
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan isolasi flavonoid dari temu kunci tersebut. Metode ekstraksi yang digunakan untuk ekstraksi temu kunci adalah maserasi. Maserasi merupakan metode yang paling sederhana dalam isolasi flavonoid yang berarti merendam simplisia dengan pelarut yang sesuai.<br />
Dalam praktikum ini ekstrak sudah dibuatkan, sehingga ekstrak langsung dipekatkan dalam rotary evaporator sampai didapat ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh, ditotolkan pada plat silika gel GF 254 memanjang dengan 15 totolan dan pembanding pinostrombin 2 totolan. Setelah itu dielusikan di chumber yang telah dijenuhkan.<br />
Chumber dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat : heksan (1:4). Tujuan penjenuhan untuk menyamakan tekanan dalam chumber. Elusi ditunggu sampai fase gerak mencapai batas yang ditentukan dan dilakukan uji KLT preparatif.<br />
Hasil identifikasi dalam KLT diperoleh hasil bahwa pendaran cahaya pada ekstrak temu kunci saling berikatan (tidak terjadi pemisahan) dan elusi kurang sempurna. Hal ini dikarenakan penotolan bleber (ekstrak masih mengandung banyak air) dan silika gel rusak saat penotolan sehingga ekstrak tidak terelusi dengan baik.<br />
<br />
VIII. Kesimpulan<br />
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ekstrak temu kunci yang diekstraksi dengan maserasi tidak dapat dihitung harga Rf-nya dikarenakan tidak terjadi pemisahan pada pendaran dibawah sinau UV 366 dan elusi pada plat KLT kurang sempurna karena penotolan bleber (ekstrak kurang kental) dan silika rusak saat penotolan.<br />
<br />
IX. Daftar Pustaka<br />
Utami, Putri Wahyu.2012. Efek Ekstrak Etanol 70 % Rimpang Temu<br />
Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb) Schlechter) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus yang Diinduksi Kalium Oksalat. Jurusan FMIPA : UI Press<br />
Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas<br />
Antioksidan pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga, L) dengan Metode DPPH (1,1- Difenil, 2-pikellhidroksil. Jurusan FMIPA : Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang.<br />
Herbarium Bandungense, Institut Teknologi Bandung. (n.d). Klasifikasi<br />
Tumbuhan Boesenbergia rotunda (L.) Mansfeld. Januari 25, 2012. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=1 98177.<br />
Geonadi, F.A., Fitria, M., Ayu, D.P., Sulistyorini, E., & Asyiah, Cancer<br />
Chemoprevention Research Center, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. (n.d). Temu Kunci<br />
(Boesenbergia pandurata). Januari 25, 2012. http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=166<br />
Rukmana, R. (2008). Temu-temuan, apotik hidup di pekarangan. Yogyakarta:<br />
Kanisius., 17-19.<br />
Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult).<br />
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci-boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [15 Maret 2008]<br />
Hostettmann, K., dkk., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.<br />
Sastrohamidjojo, Hardjono., 2001, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.<br />
<br />
http://lusianadanispramesti.blogspot.com/ Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-32381524836779056892014-12-23T09:00:00.003+07:002014-12-23T09:00:59.837+07:00Laporan Praktikum Analisis Vegetasi<b>Laporan Praktikum Analisis Vegetasi</b><br />
<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
A. Latar belakang<br />
Mahasiswa pertanian dalam rangka mempelajari dan memperdalam ilmu biologi wajib melaksanakan tugas praktikum sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah biologi.Dalam hal ini praktikum yang dilaksanakan adalah “ANALISIS VEGETASI” yang diperlukan untuk mengetahui vegetasi tumbuhan yang ada secara detail dari segi macam spesies,jumlah maupun bobot masing-masing spesies serta frekuensinya.Analisis vegetasi didasarkan pada pengambilan contoh dari komposisi populasi di lapangan,metode serta ukuran pengambilan contoh ditentukan oleh tujuan analisis vegetasi tersebut.Analisis vegetasi yang umum digunakan adalah metode kuadrat.Dengan uraian tersebut mahasiswa perlu membuat laporan hasil dari praktikum. <br />
<br />
B. Tujuan<br />
1. Mengetahui vegetasi tumbuhan yang ada secara detail dari segi macam spesies,jumlah maupun bobot masing-masing spesies serta frekuensinya.<br />
2. Melaksanakan tugas sebagai salah satu syarat dari mata kuliah biologi.<br />
<br />
C. Dasar teori <br />
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah.Suatu tipe vegetasi menggambarkan sesuatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang maupun waktu.Rawa-rawa,hutan,padang rumput dapat dijadikan contoh dari tipe vegetasi.Suatu tipe vegetasi kadangkala dibagi lagi menjadi beberapa komunitas yang predominan atau disebut asosiasi yaitu sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu lingkungan.Komunitas tumbuhan(asosiasi) sering kali digunakan oleh para ahli ekologi untuk menjelaskan vegetasi.Sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh suatu komunitas tumbuhan adalah (1) mempunyai komposisi floristic yang tetap,(2)fisiognomi (struktur,tinggi,penutupan,tajuk daun,dan sebagainya) yang relatif seragam dan (3) mempunyai penyebaran yang karakteristik dalam lingkungan atau habitat dengan ciri-ciri tertentu(Ekologi Gulma,oleh Soetikno.S.Sastroutomo).Formasi vegetasi yang disebabkan faktor-faktor edafik.Faktor edafik berupa factor-faktor yang terdapat setempat seperti kandungan garam,struktur tanah dan gas-gas yang mempengaruhi sifat vegetasi.(Biologi Umum 2,oleh Idjah Soemarwoto).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
MATERI PRAKTIKUM<br />
<br />
A. Bahan<br />
1. Rumput Teki<br />
2. Alang-alang<br />
3. Tanaman Putri Malu<br />
<br />
B. Alat <br />
1. Alat tulis<br />
2. Kertas<br />
3. Penggaris<br />
4. Kayu petak (ukuran 0,5 x 0,5 m2)<br />
5. Plastik<br />
6. Timbangan<br />
<br />
C. Cara kerja<br />
1. Mula-mula ambil sample dengan cara melempar sembarang kayu petak dan diambil 4 sampel dengan posisi saling berdekatan.<br />
2. Catat jenis tumbuhan yang masuk kedalam sample mulai dari sampel ke-1 sampai sampel ke-4.<br />
3. Ambil setiap jenis tumbuhan dan masukkan ke dalam plastik.Setiap jenis tumbuhan dipisahkan.Jangan sampai tercampur antara jenis tumbuhan satu dengan yang lain.<br />
4. Pisahkan setiap jenis tumbuhan sesuai dengan perkiraan sampel yang ada dan timbang dengan timbangan yang telah disediakan.<br />
5. Hitung setiap jenis tumbuhan sesuai sampel yang ada untuk menghitung kerapatan mutlak.<br />
6. Lakukan penghitungan untuk penutupan mutlak,kerapatan mutlak,frekuensi dan biomassa.<br />
7. Lalu hitung penutupan relatif,kerapatan relatif,frekuensi relatif, dan berat basah relatif untuk setiap jenis tumbuhan.<br />
8. Terakhir hitung SDR= Summed Dominance Ratio dari setiap jenis tumbuhan.Hasil penjumlahan dari semua SDR dari setiap tumbuhan harus mendekati 100%. <a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-analisis-vegetasi.html" target="_blank"><i>Laporan Praktikum Analisis Vegetasi</i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2SU1VRGpJNEVLdmM/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://arifinbudi.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-biologi-acara-ke-vii.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-20309793438582757092014-12-23T08:52:00.001+07:002014-12-23T08:52:54.087+07:00Laporan Praktikum Argentometri<b>Laporan Praktikum Argentometri </b><br />
<br />
1. tujuan praktikum<br />
<br />
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah menentukan kadar CaCl2 dalam analisa argentometri menggunakan metode Mohr.<br />
<br />
2. tinjauan pustaka<br />
<br />
Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan berdasarkan pengendapan dengan memakai larutan AgNO3 sebagai standard. Pada reaksi argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida). Endapan adalah padatan yang tidak larut dan terpisah dari larutan. Analisa argentometri ini biasanya digunakan untuk penentuan kadar senyawa yang mengandung unsur halogen (SPU golongan VII A, yaitu Cl, Br, I) karena reaksi antara ion Ag+ dan ion dari senyawa tersebut dapat menghasilkan suatu endapan. Satu grek dalam metode ini adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas 1 ion perak (Ag+) (Ershanggono, 1996). Dalam argentometri, yang dimaksud dengan larutan normal adalah larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3 (Day & Underwood, 1992). <br />
<br />
Argentometri merupakan bagian dari prepitimetri, yakni titrasi-titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO3 yang dapat menimbulkan endapan. Respitimetri merupakan suatu cara titrasi di mana terjadi pengendapan (Harjadi, 1986), dengan reaksi sebagai berikut:<br />
AgNO3 + CaCl2 → AgCl(s) + Ca(NO3)2 (Chang, 1991)<br />
<br />
Endapan terbentuk karena beberapa faktor. Antara lain adalah kelarutan dari hasil reaksi yang kecil, adanya efek ion senama, dan larutan sudah melewati titik jenuhnya saat pencampuran (Khopkar, 2002).<br />
<br />
Pada argentometri terdapat tiga metode yang dapat digunakan, antara lain metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Metode Mohr adalah salah satu cara dalam argentometri yang merupakan metode paling baik untuk menentukan kadar klorida dari suatu larutan. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4, dan titran yang digunakan AgNO3. Indikator menunjukan tercapainya titik akhir titrasi, dengan perubahan warna larutan yang telah dicampur dengan indikator K2CrO4 terbentuk endapan yang berwarna merah-bata (Fritz, 1979).<br />
<br />
Endapan merah bata terbentuk karena mula – mula AgCl akan mengendap lebih dahulu, hingga semua ion Cl- dari CaCl2 habis bereaksi dengan ion Ag+ dari AgNO3. Kemudian terjadi reaksi antara larutan K2CrO4 dengan AgNO3 membentuk endapan merah bata yang berasal dari Ag2CrO4 (Fritz, 1979), berikut adalah reaksinya:<br />
NaCl + AgNO3 AgCl(s) (putih) + NaNO3<br />
K2CrO4 ( indikator ) + AgNO3 Ag2CrO4(s) (merah) + KNO3 <br />
<br />
Dalam metode Volhard, menggunakan indikator Fe3+ dan NH4SCN atau KSCN sebagai larutan standar. Cara Volhard ini biasanya dipakai untuk menentukan kadar garam perak melalui titrasi langsung. Kadar garam klorida, garam bromida, dan garam iodida dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan AgNO3 berlebih. Dalam titrasi cara ini, pH harus dalam keadaan rendah agar ion Fe+3 tidak mengalami hidrolisis. Dalam metode Volhard akan terbentuk endapan putih AgSCN yang dihasilkan dari reaksi antaraion perak dan ion sianida. Titik akhir titrasi akan tercapai, jika warna larutan berubah menjadi merah darah yang ditimbulkan karena adanya endapan Fe(SCN)3 (Ersanghono, 1996).<br />
<br />
Pada metode Fajans, indikator yang digunakan adalah indikator adsorpsi menurut anion yang diendapkan oleh Ag+, dan menggunakan AgNO3 sebagai titran, pH waktu reaksi tergantung dari macam anion yang diendapkan oleh Ag+, seperti fluoroscein, dikloro fluoroscein, atau eosin. Indikator adsorpsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Indikator adsorpsi merupakan asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Kelemahan dalam penggunaan indikator adsorpsi adalah terlalu peka terhadap cahaya, sehingga dapat membuat endapan perak terurai. Penerapannya juga agak terbatas, karena memerlukan endapan koloid yang harus terbentuk dengan cepat (Petrucci & Wismer, 1987). <a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-argentometri.html" target="_blank"><i>Laporan Praktikum Argentometri</i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2RUNReWoySHl2V1E/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://deconstantine.blogspot.com/2013/04/laporan-argentometri.html" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-51534128567315769892014-12-22T20:20:00.001+07:002014-12-22T20:20:48.516+07:00Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Kation<b>Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Kation</b><br />
<br />
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM<br />
Tujuan : Agar dapat memisahkan dan mengidentifikasi kation-kation (Al3+, Ag+, Ba2+, Co2+, Cu2+, Fe3+, Mn2+, Ni2+, dan Pb2+) dalam sampel.<br />
Hari, tanggal : jumat, 10 Desember 2010<br />
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram. <br />
<br />
B. LANDASAN TEORI<br />
Analisis kualtatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisis ini berlaku untuk kation dan anion, analisis ini dinamakan analisis kualitatif karena hanya menentukan jenis ion yang ada dalam campuran. Dalam melakukan analisis kualitatif menggunakan seperangkat prosedur yang dinamakan bagan analisis kualitatif. Pendekatan ya ng digunakan untuk memisahkan kation ke dalam goongannya adalah melalui pengendapan. Hasil akhir dari suatu analisa suatu sampel adalah penetapan ada atau tidakin ya masing-masing ion dalam bagan analisis kualitatif (Petrucci, 1992: 352).<br />
<br />
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Ion-ion logan pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifuge, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia (Cokrosarjiwanto, 1977 : 14).<br />
<br />
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atu koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya.<br />
<br />
Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelauran endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion sekutu tersebut (Masterton, 1990: 13-14).<br />
<br />
Untuk analisa anion kation Al dan Fe dipisahkan dari yang lain. Pemisahan ini menuntut pengaturan PH yang cermat, dan diusahakan PH antara 6,0 dan 6,5. Kalau PH kurang, maka Al dan Fe sukar atau tidak mengendap. Kalau PH terlalu tinggi mungkin akan mengendap, pemisahan ini disebut pemisahan asetat (Harjadi, 1986).<br />
<br />
Analisi kation memerl bukan pendekatan yang ssitematis. Umumnya ini dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi. Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok katio dari larutannya. Kelompok kation yang mengendapkan dipisahkan dari larutan dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil, demikian seterusnya sehingga akhirnya daapt dilakukan uji spesifik untuk satu kation. Jenis dan konsentrasi preaksi serta pengaturan pH larutan dilakukan untuk memisahkan kation menjadi beberapa kelompok (Skoog, 1999: 253).<br />
<br />
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagnesia. Dengan memakai apa yangdisebut reagnesia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagnesia golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi kation yang palin umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagnesia-reagnesia ini dnegan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaa kelarutan dari klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut (Svehla, 1985 : 2003).<br />
<br />
. Di dalam reaksi pengendapan banyak diterapkan analisis kuantitatif. Pada analisis tersebut, kation mula-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Kation yang larut terbentuk endapan serupa dengan kelarutan yang cukup berlainan dapat dipisahkan dengan pengendapan selektif yang dilakukan dengan pemilihan seksama dari konsentrasi anion yang diperlukan.<br />
Identifikasi kation dan anion dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis-jenis kation dan anion yang menyusun suatu senyawa. Dalam percobaan ini kita melakukan identifikasi ion SO42- dan Al3+ serta membedakan larutan encer dan larutan pekat.<br />
Analisis kuantitatif adalah suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya unusr kation atau anion dalam suatu larutan. Contoh kation yaitu ion Al3+, H+, K+, sedangkan contoh anion yaitu SO4-2, NH4-, Cl- (Azhari, 2010).<br />
<br />
C. ALAT DAN BAHAN<br />
Alat<br />
Tabung Reaksi<br />
Rak tabung reaksi<br />
Pipet tetes<br />
Pemanas listrik<br />
Alat sentrifugasi<br />
Gelas kimia<br />
Bahan<br />
Garam nitrat dari kation dalam sampel<br />
Larutan NaCl 1M<br />
Air panas<br />
Larutan H2SO4 pekat 1M<br />
Larutan NaOH 2M<br />
Larutan HNO3 3M<br />
Larutan buffer amoniak (NH3) berlebih<br />
Larutan K2CrO4<br />
<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-analisis-kualitatif-kation.html" target="_blank"><i>Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Kation </i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2VERLNFUxcHV0TVk/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://kusnandini.wordpress.com/2011/04/30/identifikasi-kation/" rel="nofollow" target="_blank"> Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-68653102018515720092014-12-22T20:11:00.001+07:002014-12-22T20:11:47.738+07:00Laporan Praktikum Ayunan Matematis<b>Laporan Praktikum Ayunan Matematis</b><br />
<br />
1.1 Tujuan Praktikum<br />
<br />
- Menentukan kecepatan gravitasi (g) pada laboratoriun Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi dengan menggunakan bandul sederhana. <br />
<br />
<br />
2.1 Prinsip Teori<br />
<br />
Benda yang dilepas dari suatu tempat di atas tanah akan jatuh. Hambatan udara akan mempengaruhi percepatan dari benda yang jatuh. Percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh disebabkan oleh gaya gravitasi bumi atau gaya tarik bumi disebut percepatan gravitasi.<br />
Berat adalah besar dari gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda. Berat suatu benda akan berbeda harganya dari satu tempat ke tempat lain pada permukaan bumi. Berat benda ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain massa dan percepatan gravitasi. Massa tidak tergantung pada tempat di permukaan bumi maka dapat dikatakan bahwa percepatan gravitasi bumilah yang berubah antara tempat yang satu dengan yang lain di permukaan bumi.<br />
Ayunan matematis merupakan suatu partikel massa yang tergantung pada suatu titik tetap pada seutas tali, di mana massa tali dapat diabaikan dan tali tidak dapat bertambah panjang. Dari gambar tersebut, terdapat sebuah beban bermassa tergantung pada seutas kawat halus sepanjang dan massanya dapat diabaikan. Apabila bandul itu bergerak vertikal dengan membentuk sudut , gaya pemulih bandul tersebut adalah . Secara matematis dapat dituliskan:<br />
Oleh karena , maka :<br />
Sehingga dapat disimpulkan bahwa percepatan gravitasi dipengaruhi oleh jarak suatu tempat dengan pusat bumi dan kemasifan susunan bumi di tempat tersebut. Ini berarti bahwa besar percepatan gravitasi tidak sama di setiap tempat.<br />
<br />
<br />
II. METODOLOGI PRAKTIKUM<br />
<br />
1.2. WAKTU dan TEMPAT<br />
<br />
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08.00 – 09.30 WIB, bertempat di Laboratrium Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.<br />
<br />
<br />
2.2 ALAT dan BAHAN<br />
a. ALAT :<br />
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :<br />
Ayunan matematis yang erdiri dari benang wol, dan besi pejal yang berkatrol<br />
1. Penyangga statis<br />
2. Stop watch<br />
3. Mistar 100 cm<br />
4. Busur<br />
<br />
3.3 PROSEDUR KERJA<br />
1. Dipasang bandul pada penumpu<br />
2. Diukur panjang tali dari pusat bola titik gantung lebih kurang 90 cm <br />
3. Disimpang bola lebih kurang 15o sampai 20o kemudian dilepaskan.<br />
4. Dicatat waktu untuk 14 ayunan dengan ditekan stop watch pada saat banul dilepas dan dilakukan sebanyak 3x.<br />
5. Diulangi prosedur nomor 4 untuk panjang tali 70, 60, dan 50 cm.<br />
Dilakukan sebanyak 3x ulangan disetiap panang tali <br />
6. Dibuat dalam tabel hasil pengukuran berdasarkan data yang telah diperoleh. <i><a href="http://Laporan Praktikum Ayunan Matematis" target="_blank">Laporan Praktikum Ayunan Matematis</a></i><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2dHF1MlFRcERGb1E/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://ilyasbachray-forestry.blogspot.com/2013/09/ayunan-sederhana.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-81535168690269561062014-12-22T20:01:00.000+07:002014-12-22T20:01:28.712+07:00Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri<b>Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri </b><br />
<br />
A. JUDUL : ASIDI-ALKALIMETRI<br />
<br />
B. TUJUAN : Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa <br />
<br />
yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.<br />
<br />
C. DASAR TEORI<br />
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia sepersamaan umum:<br />
aA tT produk<br />
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Untuk mengetahui penabahan titran dihentikan dapat dapat digunakan zat kimia yang disebut Indakator yang tanggap terhadap adanya titran berlebih yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna.<br />
<br />
Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa. Tirasi asam basa merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan bakunya adalah asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alkalimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah relative asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan dengan perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi:<br />
Misalanya:<br />
HCl + NaOH NaCl + H2<br />
Reaksi ionnya:<br />
H3O+ + OH- H2O<br />
<br />
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.<br />
<br />
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang kata, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.<br />
<br />
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :<br />
o Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O <br />
o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2 <br />
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :<br />
<br />
1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa. <br />
Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N), <br />
Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau<br />
V1 + N1 = V2 + N 2<br />
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.<br />
<br />
2. Berdasarkan koifisein reaksi atau pensetaraan jumlah mol<br />
Misalnya untuk reaksi :<br />
<br />
2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O<br />
(COOH)2 = 2 NaOH<br />
<br />
Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :<br />
= & V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2<br />
Oleh sebab itu : V Na Oh x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH)2s<br />
<br />
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Larutan standar terbagi atas 2 yaitu larutan standar primer dan sekunder. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume tertentu, sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan standar lain yang telah ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer.<br />
<br />
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:<br />
1. Mudah didapat dalm keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti <br />
2. Harus stabil dan mudah ditimbang<br />
3. Berat ekivalennya harus besar<br />
4. Reaksinya harus sempurna<br />
5. Harganya relatif murah.<br />
<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-asidi-alkalimetri.html" target="_blank">Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri</a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2YVgyVVRSRGtxbm8/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://wilnanunu.blogspot.com/2011/12/contoh-laporan-asidi-alkalimetri.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-40768740384858889952014-12-22T19:54:00.001+07:002014-12-22T19:54:17.735+07:00Laporan Praktikum Osmosis Pada Kentang<b>Laporan Praktikum Osmosis Pada Kentang</b><br />
<br />
<br />
I. STANDAR KOMPETENSI<br />
Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan.<br />
<br />
II. KOMPETENSI DASAR<br />
Membandingkan mekanisme transport pada membran (difusi, osmosis, transport aktif, endositosis, dan eksositosis).<br />
<br />
III. INDIKATOR<br />
Menjelaskan transport pada membran seperti transport pasif (difusi, osmosis dan difusi terbantu), transport aktif (endositosis, eksositosis).<br />
<br />
IV. TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM<br />
Praktikum ini telah dilaksanakan pada :<br />
• Hari / Tanggal : Rabu, 04 September, 2013<br />
• Waktu : 08.00 WITA – 09.15 WITA<br />
• Tempat : Laboratorium Biologi MAN 2 MODEL MAKASSAR<br />
<br />
V. TUJUAN PRAKTIKUM<br />
Membandingkan transpor secara difusi dan osmosis<br />
<br />
VI. RUMUSAN MASALAH<br />
• Adakah perubahan berat silinder umbi kentang sebelum dan sesudah perlakuan ?<br />
• Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan osmosis ?<br />
• Bagaimanakah peristiwa yang terjadi pada sel-sel umbi kentang <br />
tersebut!<br />
• Apakah terdapat variabel-variabel ?<br />
<br />
VII. PENDAHULUAN<br />
Peristiwa osmosis adalah pergerakan air dari suatu larutan yang mempunyai potensial air yang tinggi ke potensial air yang lebih rendah, melalui selaput permeabel diferensial yang memisahkan kedua larutan tersebut. Selaput permeabel diferensial mempunyai permeabilitas yang berbeda bagi senyawa yang berbeda, dapat meneruskan molekul air tetapi menghambat masuknya senyawa yang terlarut.<br />
<br />
VIII. HIPOTESIS<br />
Hipotesis satu (H1) berbunyi, “Ada perubahan berat silinder umbi kentang sebelum dan sesudah perlakuan.”<br />
Hipotesis nol (H0) berbunyi, “Tidak ada perubahan berat silinder umbi kentang sebelum dan sesudah perlakuan.”<br />
<br />
IX. ALAT DAN BAHAN<br />
1. Neraca<br />
2. Gelas kimia 3 buah<br />
3. Alat pemotong / Pelubang gabus<br />
4. Aquades<br />
5. Umbi kentang dan tissue<br />
6. Stopwatch<br />
7. pisau<br />
8. Larutan gula 5%<br />
9. Larutan gula 30%<br />
<br />
X. CARA KERJA<br />
1. Bersihkan kentang mentah dari kulitnya. <br />
2. Potong kentang dengan ukuran 2 × 1 cm sebanyak 3 potong. Usahakan potongan kentang tersebut memiliki berat yang sama. Saat mengupas kentang dan memotongnya upayakan jangan sampai terkena air atau cairan apa pun. <br />
3. Siapkan larutan gula 30 % dan 5 % masing-masing dalam gelas ukur dengan volume sekitar 20 mL. <br />
4. Masukkan potongan kentang secara bersamaan ke masing-masing gelas ukur yang telah diberi tanda A (larutan glukosa 30%), gelas ukur B (larutan glukosa 5%), dan gelas ukur C berisi aquades. <br />
5. Biarkan potongan kentang tersebut terendam selama 20 menit. <br />
6. Setelah 20 menit angkatlah kemudian simpan di atas tissue. Dan periksa keadaan kentang tersebut, kemudian timbang ulang kentang tersebut dan catat hasilnya.<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-osmosis-pada-kentang.html" target="_blank"> Laporan Praktikum Osmosis Pada Kentang</a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2cnlHeFBqcHBKbkE/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://endositosis.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-osmosis-pada-kentang.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber </a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-44372605366741448652014-12-22T19:44:00.003+07:002014-12-22T19:45:34.837+07:00Laporan Praktikum Gerak Parabola<b>Laporan Praktikum Gerak Parabola </b><br />
<br />
Topik : Gerak Parabola<br />
<br />
Tujuan : Menganalisis <a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-gerak-parabola.html" target="_blank">gerak parabola</a><br />
<br />
Alat dan Bahan :<br />
Bola pingpong<br />
Meja 1<br />
Penghitung waktu<br />
Alat tulis<br />
Jurnal praktikum<br />
<br />
Cara Kerja :<br />
1. Ambil dua buah bola pingpong dan letakkan di tepi sebuah meja yang cukup tinggi<br />
2. Jatuhkan kedua bola tersebut secara bersamaan dengan ketentuan sebagai berikut!<br />
a. Bola pertama jatuh bebas dari tepi meja<br />
b. Bola kedua diberi kecepatan mendatar sejajar meja<br />
3. Catat waktu yang diperlukan bola pertama dan kedua untuk sampai di tanah! Buatlah perbandingannya!<br />
4. Analisislah gerakan kedua bola tersebut dan buatlah kesimpulan!<br />
<br />
<div>
Data Hasil Paktikum : </div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="37"><div align="center">
No</div>
</td>
<td valign="top" width="140"><div align="center">
Tinggi meja (h)</div>
</td>
<td valign="top" width="132"><div align="center">
<span class="skimlinks-unlinked">Kec.awal</span> (v0)</div>
</td>
<td valign="top" width="142"><div align="center">
Waktu tempuh (t)</div>
</td>
<td valign="top" width="142"><div align="center">
Jarak tempuh (x)</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="37"><div align="center">
1</div>
</td>
<td valign="top" width="140"><div align="center">
72</div>
</td>
<td valign="top" width="132"><div align="center">
0</div>
</td>
<td valign="top" width="142"><div align="center">
1,13</div>
</td>
<td valign="top" width="142"><div align="center">
75</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="37"><div align="center">
2</div>
</td>
<td valign="top" width="140"><div align="center">
72</div>
</td>
<td valign="top" width="132"><div align="center">
0</div>
</td>
<td valign="top" width="142"><div align="center">
1,40</div>
</td>
<td valign="top" width="142"><div align="center">
117,5</div>
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div>
</div>
<br />
Pembahasan : kedua bola dijatuhkan bersamaan (Bola 1 yang dijatuhkan bebas dari tepi meja memiliki waktu tempuh 1,13 s dan Bola 2 yang diberi kecepatan mendatar sjajar dengan meja memiliki waktu tempuh 1,40 s.) dari ketinggian meja mencapai 72 cm dengan jarak tempuh 75 cm dan 117,5 cm. Perbandingan waktu yang di tempuh adalah = t2 – t1 = 1,40 – 1,13 = 0,27 s. Dan jarak tempuh = X2 – X1 = 117,5 – 75 = 42,5 cm.<br />
<br />
Kesimpulan : dari data hasil praktikum kami, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu tempuh dan jarak tempuh antara bola 1 dan bola 2. Yaitu pada bola 1 jatuh lebih cepat karena hanya dijatuhkan bebas dari tepi meja dan memiliki jarak tempuh yang pendek daripada bola 2 yang jatuh lebih lambat karena diberi kecepatan mendatar sejajar meja serta memiliki jarak tempuh yang lebih panjang.<br />
<br />
<a href="http://physicgroup2.wordpress.com/2013/12/03/praktikum-gerak-parabola/" rel="nofollow" target="_blank">Sumber </a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-72366999851931503682014-12-22T19:35:00.001+07:002014-12-22T19:35:18.898+07:00Laporan Praktikum Reaksi Kimia<b>Laporan Praktikum Reaksi Kimia </b><br />
<br />
I. TUJUAN<br />
Percobaan ini betujuan untuk mengetahiu gejala-gejala terjadinya reaksi kimia.<br />
<br />
II. LANDASAN TEORI<br />
Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang, yaitu semua yang dapat disentuh, dirasa, dilihat, atau di cium. Massa adalah ukuran kuantitas materi. Contoh beberapa materi mengalami perubahan:<br />
a. Kawat pijar dalam lampu menyala terang jika dialiri arus listrik.<br />
b. Nasi jika didiamkan dalam waktu yang lama.<br />
c. Air jika dipanaskan akan berubah menjadi uap dan jika didinginkan ingga pada suhu 00 c akan menjadi batu es yang padat.<br />
<br />
Perubahan materi dapat berupa perubahan fisis dan perubahan kimia, berikut perbedaannya:<br />
a. Perubahan fisis<br />
Perubahan fisis adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru. Contohnya batu es yang mencair. Pada perubahan fisis, perubahan yang dialami adalah perubahan wujud sedangkan materinya tidak berubah. Beberapa perubahan fisis dapat dilihat pada table berikut.<br />
<br />
No. Peristiwa Perubahan Nama Perubahan Contoh<br />
1. Padat menjadi cair Mencair Lilin dibakar<br />
2. Cair menjadi gas Menguap Uap air<br />
3. Gas menjadi cair Mengembun Embun<br />
4. Cair menjadi padat Membeku Batu es<br />
5. Padat menjadi uap Menyublim Kapur barus<br />
<br />
b. Perubahn kimia<br />
Perubahan kimia adalah perubahan materi yang tidak menghasilkan zat baru, sehingga pada perubahn kimia ini mengakibatkan hilangnya zat –zat dan terbentuknya zat-zat baru. Misalnya: bila sepotong logammagnesium terbakar dalam suatu bola lampu alat potret, magnesium dan oksigen dalam bola lampu itu musnah. <br />
Contoh lain dari perubahan kimia:<br />
a. Pembusukan makanan<br />
b. Pemucatan warna<br />
c. Peragian<br />
d. Pengkaratan<br />
e. Pembakaran<br />
<br />
Dalam reaksi kimia, zat (unsure/senyawa) diubah menjadizat (unsure/senyawa0 lainnya. Kita tidak dapat mengubah satu unsure menjadi unsur lainnya dalam reaksi kimia tetapi, kita dapat membuat zat baru melalui reaksi kimia. Banyak petunjuk yang menunjukkan bahwa suatu reaksi kimia terjadi dihasilkan sesuatu baru yang kasat mata, gas, dilepaskan atau diserapnya kalor dan seterusnya. Zat kimia yang akhirnya berubah disebut reaktan. Sedangkan zat yang terbentuk disebut produk. Persamaan reaksi menunjukkan reaktan dan produk serta faktor-faktor lain seperti ; perubahan energy, katalisator, dan sebagainya. Dalam persamaaan ini tanda panah digunakan untuk menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi. Secara umum reaksi kimia mengikuti bentuk berikut;<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
Reaktan → Produk</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Sebagai contoh, ketika kamu menyalakan kompor gas, metana bereaksi dengan oksigen diudara untuk menghasilkan karbondioksida dan uap air. Jika kompor tidak dapat memberikan nyala biru kita juga menghasilkan sejumlah besar karbonmonoksida bersama dengan karbondioksida. Persamaan reaksinya;<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2 O</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Metana dan oksigen adalah diatom yang terdiri dari dua atom) merupakan reaktan, sedangkan karbondioksida dan air merupakan produk.<br />
Pada reaksi ini semua rektan dan produknya tidak kasat mata, kalor yang di lepaskan merupakan petunjuk adanya reaksi. Reaksi ini merupakan petunjuk adanya reaksi kimia. Reaksi ini menunjukkan contoh dari reaksi eksotermis yaitu reaksi yang melepaskan kalor. Namun ada beberapa reaksi yang menyerap kalor disebut dengan reaksi endotermis.<br />
<br />
Beberapa jenis reaksi kimia yang umum terjadi berdasarkan pada apa yang terjadi saat reaktan berubah menjadi produk adalah:<br />
<br />
1. Reaksi penggabungan<br />
Pada reaksi penggabungan dua atau lebih reaktan akan membentuk satu produk, reaksi natrium dan klorin yang membentuk natrium klorida.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
2Na + Cl2 → 2NaCl</div>
<br />
2. Reaksi penguraian <br />
Reaksi penguraian merupakan kebalikan dari reaksi penggabungan. Pada reaksi penguraian senyawa tunggal dipecah menjadi dua zat yang lebih sederhana.<br />
Contoh reaksi penguraian:<br />
a. Penguraian air menjadi gas hidrogen<br />
<div style="text-align: center;">
2H2O → 2H2 + O2</div>
b. Penguraian gas hidrogen peroksida membentuk gas oksigen dan air.<br />
<div style="text-align: center;">
2H2O2 → 2H2O + O2</div>
3. Reaksi penggantian tunggal<br />
Pada reaksi pengantian tunggal unsur yang lebih aktif menggantikan unsur lain yang kurang aktif dari suatu senyawa. Sebagai contoh, jika kamu memasukkan logam Zink kedalam larutan Tembaga (II) Sulfat, Zink akan menggantikan Tembaga, seperti yang ditunjukkan pada reaksi berikut:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu</div>
<br />
4. Reaksi pembakaran<br />
Reaksi pembakaran terjadi ketika satu senyawa, biasanya yang mengandung karbon bergabung dengan gas oksigen diudara. Proses ini umumnya disebut pembakaran. Kalor adalah produk yang paling berguna dari sebagian besar reaksi pembakaran.<br />
Contohnya:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
C3H8 + SO2 → 3CO2 + 4H2O</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
5. Reaksi penggantian ganda<br />
Pada reaksi penggantian ganda, atau sering juga disebut dengan reaksi metatesis dua spesies (biasanya ion) digantikan. biasanya, reaksi ini terjadi dalam larutan dan akan terbentuk padatan yang tidak larut (reaksi pengendapan) atau air (reaksi netralisasi).<br />
<br />
a. Reaksi pengendapan<br />
Pembentukan padatan yang tidak larut dalam larutan.<br />
Contohnya:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
KCl + AgNO3 → AgCl + KNO3</div>
<div style="text-align: center;">
K+ Cl- + Ag+ NO3- →Ag+ Cl- + K+ NO3-</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
b. Reaksi netralisasi<br />
Jenis lain dari reaksi penggantian ganda adalah reaksi antara asam dan basa. Reaksi penggantian ganda ini disebut reaksi netralisasi yang membentuk air.<br />
Contohnya:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
H2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2H2O</div>
<div style="text-align: center;">
2H+ SO42- + 2Na+ 2OH- → 2Na+ SO42- + 2H2O</div>
<div style="text-align: center;">
2H+ + 2OH- → 2H2O atau H+ + OH- → H2O</div>
<br />
III. ALAT DAN BAHAN<br />
a. Alat <br />
1. Tabung reaksi 7 buah<br />
2. Penjepit tabung 2 buah<br />
3. Thermometer 1 buah<br />
4. Gelas ukur 2 buah<br />
<br />
b. Bahan <br />
1. Larutan K2Cr2O7 1M<br />
2. Larutan NaOH 1M<br />
3. Larutan HCl 1M<br />
4. LarutanPb(NO3)2 1M<br />
5. Larutan KI 1M<br />
6. Serbuk pualam (CaCO3 )<br />
<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-reaksi-kimia.html" rel="" target="_blank"><i>Laporan Praktikum Reaksi Kimia</i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2cHVBc0E3ZUd0ZDQ/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://iweltriana.blogspot.com/2011/12/percobaan-reaksi-kimia.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber </a><i><br /></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-52967580259548491862014-12-22T19:34:00.002+07:002014-12-22T19:34:35.743+07:00Laporan Praktikum Sel Volta<b>Laporan Praktikum Sel Volta </b><br />
<br />
I. Judul : Sel Volta<br />
<br />
II. Tujuan : Untuk menguji potensial sel pada buah-buahan<br />
<br />
III. Landasan Teori :<br />
Pengertian Sel volta<br />
Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menggunakan reaksi redoks spontan untuk menghasikan energi listrik.<br />
<br />
Pengertian Sel Elektrokimia<br />
Sel Elektrokimia adalah suatu sel atau tempat terjadinya aliran elektron yang disebabkan oleh perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya.<br />
<br />
<ul>
<li>Buah Tomat</li>
</ul>
Tomat atau Solanum lycopersicum L pada awalnya berasal dari Amerika latin. Tomat mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Lycopene yang dapat mencegah kanker.<br />
Lycopene adalah antioksidan yang kuat. Antioksidan ini dapat memperlambat atau memperbaiki kerusakan yang disebabkan radikal bebas. Didalam buah tomat terdapat beta karoten dan lutein, serta vitamin A, C dan Vitamin E. Selain itu tomat juga kaya akan kalium.<br />
<br />
<ul>
<li>Buah Jeruk</li>
</ul>
Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae. Didalam buah jeruk terkandung Vitamin C, Karbohidrat, Potasium, Folat, Kalsium, Thiamin/Vitamin B1, Niacin/Vitamin B3, Vitamin B6/Pyrodixine, Fosfor, Magnesium, Tembaga, Riboflavin/Vitamin B12, Asam Pantotenat/Vitamin B5, dan senyawa Fitokimia.<br />
<br />
<ul>
<li>Buah Apel</li>
</ul>
Buah apel atau yang memiliki nama latin Malus domestica pada mulanya berasal dari Asia Tengah. Namun kini perkembangan buah apel sangat pesat sehingga saat ini sudah tersebar merata keseluruh dunia, terutama dinegara-negara yang memiliki suhu udara yang dingin. Didalam buah apel terkandung Provitamin A, Vitamin C, B1 dan B2, Niasin, Kalium, Natrium, Besi, Kalsium, Fosfor, Epicathechin, Cathecin, Ploridzin, quercetin, ellegic acid, caffeic acid, khlorogenic acid, Pektin dan serat.<br />
<br />
<ul>
<li>Buah Mangga</li>
</ul>
Buah mangga atau yang sring disebut mempelam ini termasuk kedalam marga mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota dan suku Anacardiaceae. Dan memiliki nama latin Mangifera Indica Mangga. Didalam buah mangga terdapat Vitamin C dan A yang cukup, ditambah 25 jenis karotenoid dalam mangga membantu menjaga sistem kekebalan tubuh . Tingginya kandungan serat, pectin dan vitamin C dalam mangga membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.<br />
<br />
<ul>
<li>Buah Pisang</li>
</ul>
Pisang (Musa paradisiaca) adalah pohon jenis Terna (pohon dengan batang yang lunak dan tidak berkayu) dari suku Musaceae dengan batang yang kuat dan daun yang besar memanjang dan berwarna hijau tua. Dalam pisang terkandung banyak serat dan beberapa vitamin seperti air, gula, protein, lemak dan minyak, serat selulosa, pati dan asam tanin, vitamin A, vitamin B, B1, B2, B6 dan B12, vitamin D, vitamin Z, kalsium, fosfor, besi, sodium, kalium (potassium), magnesium dan seng.<br />
<br />
IV. Alat dan bahan :<br />
a. Alat<br />
– Multi tester<br />
– Logam seng<br />
– Logam besi (paku)<br />
– Amplas<br />
– Kabel dan penjepit buaya<br />
– Timah<br />
b. Bahan<br />
– Buah pisang<br />
– Buah tomat<br />
– Buah jeruk<br />
– Buah apel<br />
– Buah mangga<br />
<br />
V. Cara Kerja<br />
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan<br />
b. Ambil buah yang akan digunakan, misal jeruk<br />
c. Tusukkan dua buah logam yang berbeda pada buah jeruk<br />
d. Kemudian lilitkan kabel yang sudah terhubung dengan multi tester pada dua buah logam tersebut<br />
e. Catatlah hasil pengukurannya<br />
f. Ulangi percobaan tersebut pada buah yang berbeda.<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-sel-volta.html" target="_blank"> <i>Laporan Praktikum Sel Volta</i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2R0d5elJpRkl3MzA/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://tututwulan42.wordpress.com/2014/11/18/laporan-praktikum-kimia-sel-volta-3/" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-12565141342557154112014-12-21T18:58:00.000+07:002014-12-21T18:58:59.904+07:00Laporan Praktikum Penurunan Titik Beku Larutan<b>Laporan Praktikum Penurunan Titik Beku Larutan</b><br />
<br />
A. Tujuan<br />
Menentukan penurunan titik beku larutan belerang dalam naftalena.<br />
<br />
B. Dasar Teori<br />
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.<br />
<br />
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).(Aprilia, 2012)<br />
<br />
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 00C. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang) (Taufik, 2012)<br />
<br />
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi titik beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf), dinyatakan dengan persamaan :<br />
<br />
∆Tf = Kf m atau ∆Tf = Kf (n x 1000/p)<br />
Dimana :<br />
∆Tf = penurunan titik beku<br />
Kf = tetapan penurunan titik beku molal<br />
n = jumlah mol zat terlarut<br />
p = massa pelarut<br />
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf. (Pratiwi, 2013)<br />
<br />
Penurunan titik beku ( Tf ) bila kebanyakkan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkritalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (molnya) di dalam massa tertentu pelarut. Jadi penurunan titik beku (Tf ) = Kf . m, dimana m ialah molalitas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi satu molal, penurunan titik beku 1 m tiap non-elektrolit yang tersebut didalam pelarut itu = Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal freesinapoint constant) pelarut itu. Nilai numerik Kf = khas pelarut itu masing-masing (Anonim, 2013). <br />
<br />
C. Alat dan Bahan<br />
1. Alat:<br />
- Termometer<br />
- Gelas kimia 250 mL<br />
- Tabung reaski besar<br />
- Klem tiga jari dan statif<br />
- Batang pengaduk<br />
- Kaca arloji<br />
- Neraca <br />
- Pembakar spirtus<br />
2. Bahan<br />
- Serbuk blerang 5 gram<br />
- Naftalena 10 gram<br />
<br />
D. Langkah Kerja<br />
1. Penurunan titik beku pelarut naftalena<br />
a. Ditimbang 5 gram naftalena, kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi besar yang bersih dan kering<br />
b. Dirangkai alat klem tiga jari dan statif. Gelas kimia diisi dengan menggunakan air sebanyak 2/3 bagian.<br />
c. Dipanaskan api dalam gelas kimia secara perlahan sampai semua natalena mencair (±85oC)<br />
d. dikeluarkan pembakar dan dipadamkan apinya. Kemudian setiap 1,2 menit suhu dicatat sampai mencapai angka 75oC.<br />
e. Dibuat grafik perubahan suhu pelarut naftalena sebagai fungsi waktu. Tentukan titik beku pelarut naftalena pada grafik tersebut.<br />
<br />
2. Penentuan titik beku larutan belerang dalam naftalena<br />
a. Serbuk belerang ditimbang sebanyak 0,128 gram menggunakan kaca arloji.<br />
b. Lakukan langkah percobaan a sampai c di atas<br />
c. Dimasukan serbuk belerang ke dalam tabung reaksi yang berisi naftalena. Diaduk sampai semua belerang larut. Panaskan lagi sampai suhu ±90oC.<br />
d. Dikeluarkan pembakar dan dipadamkan apinya. Dilakukan pengamatan seperi langkah d dan e.<br />
<div style="text-align: left;">
<i><a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-penurunan-titik-beku-larutan.html" target="_blank">Laporan Praktikum Penurunan Titik Beku Larutan</a> </i></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2VzJ4eDA1YkVMR0U/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://ari-irawan4.blogspot.com/2014/05/penurunan-titik-beku-larutan.html" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-86629253395026564602014-12-21T09:50:00.000+07:002014-12-21T09:50:16.100+07:00Contoh Laporan Praktikum<br />
<b>Contoh Laporan Praktikum</b><br />
<br />
<br />
Laporan Praktikum setiap sekolah, perkuliahan memiliki format yang tidak jauh berbeda. Format Laporan biasanya terdiri dari <i>Judul Laporan, Tujuan, Tempat dan Waktu Pelaksanaan, Landasan Teori, Alat dan Bahan, Langkah Kerja, Hasil Kegiatan, Pembahasan, Kesimpulan, dan Daftar Pustaka.</i> Sedangkan cara penulisannya dapat anda sesuaikan dengan format yang sesuai dengan sekolah atau tempat anda kuliah. Berikut contoh format laporan praktikum tentang radiasi <br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
LAPORAN PRAKTIKUM RADIASI</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
I. TUJUAN<br />
<br />
Membuktikan cara perpindahan kalor secara radiasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.<br />
<br />
II. LANDASAN TEORI<br />
<br />
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan zat perantara. Apabila kalor radiasi mengenai suatu benda, benda itu dapat meneruskan, memantulkan atau menyerap kalor yang dipancarkan. Zat yang meneruskan kalor dan zat tersebut tidak menjadi panas disebut zat diaterman, misal udara. Zat yang menyerap kalor dan zat tersebut menjadi panas disebut zat aterman, misal gelas dan air.<br />
<br />
III. ALAT DAN BAHAN<br />
<br />
- Korek api<br />
<br />
- Beberapa batang lilin<br />
<br />
- Buku / kertas sebagai penghalang<br />
<br />
IV. LANGKAH KERJA<br />
<br />
1. Menyiapkan alat dan bahan<br />
<br />
2. Menyalakan api dengan menyalakan lilin<br />
<br />
3. Arahkan ke dua telapak tangan pada lilin, dekatkan dan jauhkan<br />
<br />
4. Buku / kertas sebagai penghalang<br />
<br />
V. HASIL KEGIATAN<br />
<br />
Ketika telapak tangan di dekatkan ke api, telapak tangan terasa panas, sedang ketika dijauhkan, tangan terasa lebih hangat. Dan ketika diberi penghalang atau pelindung, lengan pun terasa lebih hangat.<br />
<br />
VI. PEMBAHASAN<br />
<br />
Ketika tangan di dekatkan pada lilin, berarti jarak radiasi semakin pendek, yang menyebabkan tangan menjadi panas. Berbeda dengan dijauhkan, jarak semakin besar sehingga tangan lebih hangat.<br />
<br />
VII. KESIMPULAN<br />
<br />
1. Radiasi terjadi tanpa melalui zat perantara.<br />
<br />
2. Faktor yang mempengaruhi radiasi yaitu waktu, jarak, dan pelindung.<br />
<br />
<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/contoh-laporan-praktikum.html" target="_blank"><i>Contoh Laporan Praktikum</i></a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-56279283626020791852014-12-21T09:47:00.001+07:002014-12-21T09:47:38.008+07:00Laporan Praktikum Laju Reaksi <b>Laporan Praktikum Laju Reaksi </b><br />
<br />
JUDUL PERCOBAAN<br />
Laju reaksi.<br />
<br />
TUJUAN PERCOBAAN<br />
Mengamati factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.<br />
<br />
LANDASAN TEORI<br />
Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (Oxtoby:2001).<br />
<br />
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Satuan yang umum adalah mol/dm-3-i . Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dan dapat dinyatakan sebagai<br />
<br />
Laju = k f (C1, C2, …., Ci)<br />
Di mana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepaan, C1, C2, … adalah konsentrasi dari reaktan-reakan dan produk-produk (Dogra:1990).<br />
Laju reaksi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi (Chang:2005).<br />
<br />
Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:<br />
Konsentrasi<br />
Kecepatan reaksi bergantung pada banyak factor. Konsentrasi reaktan memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat rekasi tertentu. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.<br />
<br />
Suhu<br />
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehinga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori tumbukan, reaksi terjadi bila molekul bertumbukan dengan energy yang cukup besar, disebut energy aktivasi. Untuk memutus ikatan dan mengawali reaksi, konsatanta laju dan energy aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius.<br />
k = Ae-Ea/RT<br />
<br />
keterangan: Ea = energy aktivasi<br />
T = suhu mutlak<br />
A = frekuensi tumbukan<br />
<br />
<br />
Luas Permukaan<br />
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan.<br />
Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.<br />
<br />
Katalis<br />
Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalamn reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada.<br />
Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan (Oxtoby:2001). <a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2012/09/laporan-praktikum-laju-reaksi.html" target="_blank">Laporan Praktikum Laju Reaksi </a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2ZWFwSzdUTlgycEU/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download </a></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-87846782462007510642014-12-21T09:47:00.000+07:002014-12-21T09:47:26.597+07:00Laporan Praktikum Fotosintesis<br />
<div style="text-align: left;">
<b>Laporan Praktikum Fotosintesis</b></div>
<br />
<ul>
<li>Pelaksanaan Praktikum </li>
</ul>
1. Tujuan praktikum : Mengetahui adanya proses fotosintesis pada<br />
tumbuhan.<br />
<br />
<ul>
<li>Landasan Teori</li>
</ul>
Fotosintesis merupakan suatu proses dimana terjadi sintesa karbohidrat tertentu dari karbondioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang berklorofil dengan adanya cahaya matahari dan di hasilkan atau dibebaskan gas oksigen. Proses fotosintesis juga dinamakan asimulasi karbon, salah satu kemampuan tumbuhan hijau ada memanfaatkan zat karbon udara untuk diubah menjadi bahan organik bila tersedia cahaya yang cukup. Secara umum persamaan reaksi kimia pada pristiwa pada fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut:<br />
<br />
6CO2+6H2O cahaya matahari C6H12O6+6O2<br />
<br />
klorofil <br />
persamaan reaksi diatas tidaklah menunjukkan mekanisme dari proses fotosintesiss, melainkan menunjukkan hasil akhir yabg dihasilkan dalam proses fotosintesis (Prawirahartono, 1998: 89).<br />
Fotosintesis merupakan proses pembakaran dalam tubuh tanaman yang akan menghasilkan oksigen yang berfungsi untuk proses pernapasan pada manusia oleh karena itu manusia tidak dapat terlepas dari tumbuhan karena apabila tidak ada tumbuhan maka tidak akan ada udara untuk pernapasan manusia. Oleh karena itu manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan untuk kebuuhan hidupnya (Odum, 1967: 19).<br />
<br />
Persamaan fotosintesis : 6CO2+6H2O cahaya matahari C6H12O6+6O2.<br />
<br />
klorofil <br />
dari persamaan diatas menujukkan bahwa hubungan antara zat-zat yang dipakai dan dihasilkan oleh proses fotesintesis melibatkan stidak-tidaknya 2 (dua) proses yang amat berbeda menjadi jelas setelah dilakukannya percobaan. Tumbuhan air yang hijau, Elodea merupakan organisme uji percobaan. Bila sepotong tumbuhan itu ditempatkan terbalik didalam larutan encer NaHCO3, (yang merupakan sumber CO2) diterangi dengan lampu senter mak gelembung oksigen akan segera dkeluarkan dari bagian potong tangkainya. Karena laju fotosintesis tidak meningkatnya penyinaran, maka Blackman mengambil kesimpulan bahwa paling tidak ada dua proses berlainan yang terlibat: satu, suatu reaksi yang memerlukan cahaya dan yang satu lagi reksi yang tidak memerlukan cahaya. Yang terakhir dinamai “reaksi gelap” walau dapat berlangsung terus dalam terang. Blackman berteori bahwa pada intensitascahaya sedang “reaksi terang” membatasi atau melajukan seluruh proses (Kimball, 1994: 180).<br />
<br />
<ul>
<li>Alat dan bahan </li>
</ul>
<br />
Alat <br />
1. Tabung reaksi<br />
2. Corong<br />
3. Gelas kimia<br />
4. Stopwach (Hp)<br />
5. Lampu<br />
<br />
Bahan <br />
1. Air<br />
2. b. Hydrilla Verticillata<br />
<br />
<ul>
<li>Cara Kerja </li>
</ul>
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan,<br />
2. Mengambil 2-3 tangkai daun hydrilla,<br />
3. Memasukkan tangkai daun hydrilla ke dalam corong, dan usahakan supaya tidak longgar,<br />
4. Kemudian memasukkannya kedalam gelas kimia,<br />
5. Mengisi gelas kimia dengan air sampai terisi penuh,<br />
6. Menutup corong dengan tabung reaksi di dalam air,<br />
7. Menempatkan di tempat yang gelap,<br />
8. Lalu menghitung gelembung udara yang muncul,<br />
9. Mencatat banyaknya gelembung pada tabel hasil pengamatan,<br />
10. Setelah menempatkan ditempat yang gelap, lalu memindahkan ke tempat yang terang atau yng ada cahaya dan menerangnya dengan lampu,<br />
11. Menghitung banyaknya gelembung yang muncul, dan<br />
12. Mencatat banyaknya gelembung pada tabel hasil pengamatan<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2012/10/laporan-praktikum-fotosintesis.html"><i>Laporan Praktikum Fotosintesis</i></a><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://www.dropbox.com/s/mx5a3ip9z9yb8fu/LAPORAN%20PRAKTIKUM%20FOTOSINTESIS%201.doc?dl=0" rel="nofollow" target="_blank">Download</a> | <a href="http://semangatpagislalu.blogspot.com/" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-47850974417645094402014-12-21T09:46:00.003+07:002014-12-21T09:49:57.119+07:00Laporan Praktikum Karbohidrat<b> Laporan Praktikum Karbohidrat</b><br />
<br />
Tujuan Percobaan<br />
Percobaan bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji.<br />
<br />
Alat dan Bahan<br />
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet, pipet tetes, penangas air, mortar, tabung fermentasi, inkubator, papan uji dan mikroskop.<br />
Bahan yang digunakan adalah pereaksi molisch, pereaksi benedict, pereaksi barfoed, pereaksi selliwanof, fenil hidrazin Na asetat kering, pereaksi tauber, iod encer, larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%, asam sulfat pekat, fosfomolibdat, ragi roti, NaOH 10%, arabinosa 1%, gum arab 1%, tepung gum arab dan tepung pati.<br />
<br />
Metode <br />
Uji molisch dilakukan dengan cara mencampurkan 5 ml bahan yang akan diperiksa dengan 2 tetes pereaksi molisch, lalu diaduk kemudian ditambah 3 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Bahan diuji adalah larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.<br />
<br />
Uji benedict dilakukan dengan cara mula-mula dimasukkan 5 ml pereaksi benedict dalam tabung reaksi lalu ditambah dengan 8 tetes bahan yang akan diuji yang kemudian diaduk dan didihkan diatas penangas air selama 5 menit lalu didinginkan dan diamati endapan serta warna yang terjadi. Bahan diuji adalah larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.<br />
<br />
Uji barfoed dilakukan dengan cara mencampurkan 1 ml pereaksi barfoed dengan bahan yang akan diuji, lalu dipanaskan pada air mendidih selama 3 menit kemudian didinginkan dan ditambahkan 1 ml fosfomolibdat. Dikocok dan diamati warna yang terjadi. Bahan diuji adalah larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.<br />
<br />
Ui fermentasi. Mula-mula digerus campuran 20 ml larutan bahan dengan 2 gram ragi roti sampai terjadi suspensi yang homogen, kemudian suspensi teresbut dimasukkan dalam tabung fermentasi, lalu tabung tersebut dimasukkan dalam incubator dengan suhu 36oC dan diperiksa setiap selang 30 menit selama 3 kali. Bahan yang digunakan adalah larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.<br />
<br />
Uji selliwanof dilakukan dengan memasukkan 5 ml pereaksi selliwanof dalam tabung reaksi dan ditambahkan beberapa tetes bahan yang akan ditambah, lalu dididihkan selama 30 detik dan diamati warna yang terbentuk. Bahan yang diuji adalah larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.<br />
<br />
Uji osazon dilakukan dengan mencampurkan fenil hidrazin Na asetat kering dengan 5 ml larutan percobaan, lalu dikocok dan dipanaskan didalam penangas air, kemudian didinginkan dan diperiksa endapan dibawah mikroskop. Larutan yang diuji adalah larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.<br />
<br />
Uji tauber dilakukan dengan memasukkan satu tetes larutan uji dan 2 ml pereaksi tauber, lalu dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan dengan cara direndam dalam air dingin, kemudian ditambahkan sejumlah air untuk memperjelas warna. Larutan bahan yang diuji adalah glukosa 1%, fruktosa 1%, arabinosa 1% dan gum arab 1%.<br />
<br />
Uji pati dilakukan dengan memasukkan sedikit tepung pati dalam papan uji, kemudian ditambah sedikit larutan iod encer dan diamati warna yang terjadi. Uji ini juga dilakukan terhadap larutan gum arab. <i><a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-karbohidrat.html" target="_blank">Laporan Praktikum Karbohidrat</a></i><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2U2Y4eTJFTGkxSkk/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-41814519085840133772014-12-21T09:41:00.002+07:002014-12-21T09:41:37.498+07:00 Laporan Praktikum Termokimia<b>Laporan Praktikum Termokimia</b><br />
<br />
Maksud dan Tujuan<br />
Maksud<br />
Di dalam kehidupan sehari-hari kita banyak sekali menemukan berbagai reaksi kimia. Salah satunya adalah Termokimia. Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi kimia. Teori tersebut sudah diterangkan dalam buku. Para siswa melakukan praktikum untuk lebih memahami dan mengerti secara langsung bagaimana sesungguhnya reaksi yang terjadi. Para siswa diharapkan untuk tidak hanya mengerti teori saja tetapi juga terampil mengenali suatu keadaan.<br />
<br />
Tujuan Praktikum<br />
• Menganalisis perubahan entalpi yang terjadi<br />
• Mengidentifikasi persamaan pada suatu reaksi kimia<br />
• Mengidentifikasi apakah yang terjadi adalah perubahan eksoterm atau endoterm<br />
• Mengukur perubahan entalpi (ΔH) menggunakan Kalorimeter sederhana<br />
<br />
Dasar Teori<br />
<br />
o Termokimia<br />
Termokimia adalah cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi, kita dapat mengukur energi yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor yang dikenal sebagai q, bergantung pada kondisinya apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi. (Atkins, 1999)<br />
<br />
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika(pelarutan, peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan sebagai kalor, joule, atau kilokalori. (Sukardjo, 1997)<br />
<br />
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan dan atau pembentukkan ikatan kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Panas reaksi adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika reaksi kimia berlangsung. (Bird, 1993)<br />
<br />
o Entalpi<br />
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Dalam banyak pembahasan kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar ∆H0 yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan standar. (Atkins, 1999)<br />
<br />
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi berlangsung pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif karena kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai positif. (Bird, 1993)<br />
<br />
Panas dilepaskan ke lingkungan atau diterima dari lingkungannya sekitar oleh sistem dalam isohorik atau isobarik dan apabila suhu pertama sama dengan suhu kedua kondisi ini disebut isotermal kalor reaksi. Syarat berikut yang harus dilakukan saat proses berlangsung : a) suhu dari produk dan reaktan harus sama, b) semua jenis kerja harus dimasukkan pada proses reaksi. Perubahan panas ditunjukan oleh perubahan kalorimeter. (Aleksishvili dan Sidamonidze, 2002).<br />
<br />
Qv = - Cv cal × Δtcal ...(1)<br />
<br />
o Panas Reaksi<br />
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi, produk, dan reaktan pada volume konstan (∆E) atau pada tekanan konstan (∆H). Panas reaksi dapat dinyatakan dengan kalorimeter. Harga ∆E diperoleh apabila reaksi dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan ∆H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu ukur yang diisolasi. Karena proses diperinci dengan baik maka panas yang dilepaskan hanyalah fungsi-fungsi keadaan yaitu Qp = ∆H atau Qv = ∆E. Besaran ini dapat diukur oleh persamaan : (Dogra dan Dogra, 1990)<br />
<br />
Q = ΔE atau ΔH = T1 T2 Δ Ci (produk, kalorimeter) dT ...(2)<br />
<br />
Dimana Ci dapat berupa Cv untuk pengukuran E dan Cp untuk H. Dalam banyak percobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan. Panas reaksi dapat dibedakan menjadi: (Bird, 1993)<br />
Ø Panas pembentukan<br />
<br />
Entalpi pembentukan molar standar (∆Hf) suatu senyawa adalaha banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan kerika 1 mol senyawa tersebut dibentuk unsur-unsurnya dalam keadaaan standar.<br />
<br />
Ø Panas pembakaran<br />
Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya panas yang dilepaskan ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar sempurna dalam oksigen.<br />
<br />
Ø Panas netralisasi<br />
Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang dilepas ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat dengan sedikit air ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat dan basa kuat akan mudah terdissosiasi sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan.<br />
<br />
Ø Panas pelarutan<br />
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap ketika 1mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaiyu sampai suatu keadaan dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau dilepaskan lagi. Panas pelaruta ada 2 macam yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan differensial. Besarnya panas pelarutan bergantung pada jumlah mol pelarut dan zat terlarut.<br />
<br />
Ø Panas pengenceran<br />
Panas pengenceran adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu. <br />
<br />
<br />
Alat dan Bahan<br />
<br />
ALAT:<br />
1. Termometer<br />
2. Gelas Kimia<br />
3. Pengaduk kaca / Spatula<br />
4. Pipet tetes<br />
5. Tabung reaksi<br />
6. Rak tabung reaksi<br />
7. Penjepit tabung<br />
8. Erlenmeyer<br />
<br />
BAHAN:<br />
1. Larutan NaOH 1M<br />
2. Larutan HCl 1M<br />
3. Larutan NH4Cl<br />
4. Air<br />
<a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-termokimia.html" target="_blank">Laporan Praktikum Termokimia</a><br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2UUg3ak9JQ2FYeGM/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download </a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-91119225329765241702014-12-18T21:15:00.000+07:002014-12-18T21:15:19.878+07:00Laporan Praktikum Uji Makanan<b>Laporan Praktikum Uji Makanan</b><br />
<br />
I. TUJUAN <br />
Mengetahui kandungan glukosa , amilum, protein, dan lemak yang terdapat pada bahan makanan.<br />
<br />
II. DASAR TEORI<br />
Tubuh manusia membutuhkan zat makan dalam jumlah yang berbeda. Ada yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak ( makronutrien), yaitu karbohidrat , protein, dan lemak. Ada pula yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, yaitu mineral, dan vitamin.<br />
<br />
1. Karbohidrat<br />
Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O yang dibentuk dalam proses fotosintesis dalam tumbuhan hijau daun. Golongan karbohidrat antara lain : gula, tepung, dan selulosa. Menurut ukuran molekul, karbohidrat di bedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :<br />
Monosakarida, meliputi glukosa, fruktosa, dan galaktosa.<br />
Disakarida , meliputi sukrosa, matosa, dan laktosa.<br />
Polikasarida meliputi amilum,selulosa, dan glikogen.<br />
<br />
Setiap molekul glikosa mengandung 38 ATP ( adenosine trifosfat ) metabolisme karbohidrat di pengaruhi oleh enzim-enzim dan hormon-hormon tertentu. Adapun fungsi karbohirat adalah sebagai berikut :<br />
<br />
1. Sebagai penghasil kalori ( 1 gram = 4,1 kalori )<br />
2. Pembentuk senyawa-senyawa organik yang lain seperti lemak dan protein<br />
3. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh<br />
<br />
2. Lemak<br />
Lemak tersusun atas unsur-unsur C,H, dan O yang merupakan senyawa majemuk. Lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol. Pada satu molekul lemak terdapat satu molekul gliserol dan 3 buah molekul asam lemak.<br />
Sumber lemak dibagi menjadi 2 macam, yaitu hewani dan nabati.<br />
Lemak tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam eter, benzene, dan kloroform. Lemak terdiri atas 2 komponen, yaitu asam lemak dan gliserol. Setiap 3 molekul asam lemak berikatan dengan molekul gliserol membentuk trigliserida. Asam lemak yang dibuat oleh tubuh disebut asam lemak nonesensial, sedangkan asam lemak yang diperoleh dari makanan disebut asam lemak esensial.<br />
Adapun fungsi lemak sebagai berikut :<br />
1. Sebagai penghasil energi ( 1 gram = 9,3 kalori )<br />
2. Pembangun bagian-bagian sel tertentu<br />
3. Pelarut beberapa vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K<br />
4. Sebagai pelinung tubuh dari suhu rendah.<br />
<br />
3. Protein<br />
Protein merupakan senyawa majemuk yang terdiri atas unsur-unsur C, H, O, N, dan kadang-kadang terdapat unsur P dan. Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dari dasar.<br />
<br />
Sifat-sifat suatu protein di tentukan oleh :<br />
<br />
1. Macam asam amino yang terdapat dalam molekul protein <br />
2. Jumlah tiap macam asam amino <br />
3. Susunan asam amino dalam molekul protein<br />
<br />
Adapun fungsi protein, yaitu :<br />
<br />
1. Penghasil energi ( 1gram = 4,1 kalori )<br />
2. Pembangun jaringan-jaringan baru dan mengganti yang rusak <br />
3. Pembuat enzim dan hormon<br />
4. Penjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh<br />
5. Pembentuk anti body<br />
<br />
<br />
III. ALAT DAN BAHAN <br />
1. Tabung reaksi 6 buah<br />
2. Rak tabung reaksi<br />
3. Pipa tetes<br />
4. Penjepit tabung reaksi<br />
5. Pembakar spirtus<br />
6. Gelas ukur<br />
7. Lumpang porselen dan penumbuknya<br />
8. Kertas HVS<br />
9. Korek<br />
10. Air<br />
11. Reagen , lugol , bioret<br />
12. Fehling A+B<br />
13. Larutan tempe , kuning telur , putih telur , nasi kemarin , pisang ambon , kent<br />
<br />
IV. CARA KERJA <br />
1. Bahan makanan yang padat di tumbuk dahulu dengan lumpang porselen, dan di jadikan larutan secara bergantian <br />
2. Ujilah tiap bahan makanan yang ada dengan pengujian sebagai berikut :<br />
a. Pengujian glukosa <br />
Larutan bahan makanan yang akan di uji di masukkan ke dalam tabung reaksi lalu di tetesi fehling A+B dengan ukuran yang sama , kemudian di panaskan sambil di goyang-goyang . amati perubahan warnanya.<br />
b. Pengujian amilum<br />
larutan bahan makanan yang akan di uji di masukkan tabung reaksi lalu di tetesi lugol dengan ukuran yang sama, kemudian di goyang-goyang sampai terjadi perubahan warna. Amati perubahan warna yang terjadi<br />
c. Pengujian protein<br />
Larutan bahan makanan yang akan di uji di masukkan tabung reaksi lalu di tetesi biuret dengan ukuran yang sama, kemudian di goyang-goyang sampai terjadi perubahan warna. Amati perubahan warna yang terjadi.<br />
d. Pengujian lemak<br />
Untuk menguji lemak ,larutan bahan makanan di oleskan pada kertas HVS, amati bekas yang ditinggalkan pada kertas HVS tersebut.<br />
3. Lakukan langkah di atas pada setiap larutan yang akan di uji. <a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-uji-makanan.html"><i>Laporan Praktikum Uji Makanan</i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2UGZJMkh6OTFiUjQ/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download </a><i><br /></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-15365765209052233622014-12-18T21:02:00.001+07:002014-12-18T21:02:52.609+07:00Laporan Praktikum Elektrolisis <b>Laporan Praktikum Elektrolisis </b><br />
<br />
Tujuan Percobaan<br />
Mengamati reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis<br />
<br />
Dasar Teori<br />
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana terjadi bentuk perubahan energy listrik menjadi energi kimia. Dalam sel ini, pada saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit, akan terjadi pemisahan ion – ion dalam larutan, di mana ion – ion positif (kation) akan mendekati elektroda negative (katoda) dan ion – ion negative (anion) akan mendekati elektroda positif (anoda).<br />
Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi ion atau air dan pada anoda akan terjadi oksidasi anion atau air, atau logam elektroda, bergantung pada jenis elektrolit serta anoda yang digunakan.<br />
<br />
Proses <i><a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-elektrolisis.html">elekrolisis</a></i> merupakan reaksi redoks yang tidak spontan sehingga memerlukan energi. Proses elektrolisis berlangsung pada suatu rangkaian elektrode dan sumber arus listrik searah yang disebut sel elektrolisis.<br />
<br />
Proses elektrolisis dimulai dengan masuknya elektron dari arus listrik searah kedalam larutan melalui kutub negatif. Spesi tertentu atau ion yang bermuatan positif akan menyerap elektron dan mengalami reaksi reduksi di katode. Spesi yang lain atau ion bermuatan negatif akan melepas elektron dan mengalami reaeksi oksidasi di kutub positif atau anode.<br />
<br />
Jadi, proses elektrolisis merupakan reaksi redoks. Elektrode positif dan elektrode negatif pada sel elektrolisis ditentukan oleh sumber arus listrik.<br />
<br />
Jenis elektrode yang digunakan dalam proses elektrolisis sangat berpengaruh pada hasil elektrolisis. Elektrode dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kereaktifannya, yaitu elektrode tidak aktif atau tidak ikut bereaksi atau inert, seperti C, Pt, Au dan elektrode aktif atau ikut bereaksi selain C, Pt, Au pada proses elektrolisis.<br />
<br />
Pada proses elektrolisis dengan elektrode aktif berlangsung reaksi elektrode dan reaksi elektrolit, sedangkan proses elektrolisis dengan elektrode inert hanya berlangsung reaksi elektrolitnya saja.<br />
<br />
Alat dan Bahan<br />
1. Gelas Kimia<br />
2. Batu batere 1,5 v<br />
3. Kabel ± 1 m<br />
4. Isi Pensil (C)<br />
5. Besi (Fe)<br />
6. Tembaga (Cu)<br />
7. Larutan KCl 0,1 M elektroda (anoda dan katoda) C<br />
8. Larutan KI 0,5 M elektroda (anoda dan katoda) C<br />
9. Larutan CuSO4 0,5 M elektroda (anoda dan katoda) C<br />
10. Larutan CuSO4 0,5 M anoda Cu katoda C<br />
11. Larutan CuSO4 0,5 M anoda Cu Katoda Fe<br />
<br />
Prosedur Kerja<br />
<br />
1. Elektrolisis larutan KI dengan elektroda C.<br />
a. Rangkailah alat dan bahan sesuai penjelasan guru.<br />
b. Amati tanda-tanda reaksi yang terjadi di anoda dan katoda<br />
2. Lakukan hal yang sama pada larutan dengan elektroda yang telah ditentukan diatas.<br />
3. Tulis masing-masing reaksi yang terjadi.<br />
4. Hubungkan hasil pengamatan dengan reaski secara teoritis.<br />
<br />
<br />
Hasil Pengamatan<br />
<br />
No.<br />
Larutan yang dielektrolisis <br />
Pada Larutan <br />
Pada Elektroda <br />
Dengan<br />
<br />
1. <br />
KCl <br />
Terdapat gelembung-gelembung kecil dan semakin lama semakin banyak gelembung-gelembung kecil yang terdapat di (C) <br />
• Anoda (+) = Gelembung-gelembung gas sedikit,dan terdapat gelembung yang besar dan kecil.<br />
• Katoda (-) = Gelembung lebih banyak dihasilkan ada gelembung kecil dan ada gelembung besar tetapi yang melayang ke atas hanya gelembung kecil dan gelembung besar hanya melekat di pensil. <br />
• Anoda = C<br />
• Katoda = C<br />
<br />
2. <br />
KI <br />
Anoda (+) Larutan berubah menjadi warna Merah Kecoklatan.<br />
Katoda (-) warna larutan tidak mengalami perubahan. <br />
• Katoda (-) = mengeluarkan gelembung-gelembung gas,dan melayang ke atas.<br />
• Anoda (+) = mengeluarkan Gelembung-gelembung gas lebih banyak tetapi kecildan melayang ke atas dengan cepat. <br />
• Anoda = C<br />
• Katoda = C<br />
<br />
3. <br />
CuSO4 <br />
Pada larutan CuSO4, warna larutannya tidak mengalamai perubahan. <br />
• Anoda (+) = mengeluarkan Gelembung-gelembung gas besar dan banyak,dan hanya sesekali melayang ke atas. Dan tidak mengalami korosi/karat.<br />
• Katoda (-) = Gelembung sedikit dan kecil melyang ke atas tetapi lambat dan lama- kelamaan berkorosi/karat.<br />
<br />
• Anoda = C<br />
• Katoda = C<br />
<br />
4. <br />
CuSO4 <br />
Pada larutan CuSO4, warna larutannya tidak mengalamai perubahan. <br />
• Anoda (+) = Gelembung yang besar dan melayang ke atas dengan cepat dan mengalami kerosi/karat.<br />
• Katoda (-) = Gelembung gas kecil dan melayang ke atas dan melayang ke atas dengan lambat ,berkorosi, dan lama-kelamaan menjadi rapuh.<br />
<br />
<br />
• Anoda = Cu<br />
• Katoda = C<br />
<br />
5. <br />
CuSO4 <br />
Pada larutan CuSO4, warna larutannya tidak mengalamai perubahan. <br />
• Anoda (+) = Gelembung gas besar dan kecil dan hanya gelembung kecil yang melayang ke atas dengan cepat.<br />
• Katoda (-) = Gelembung besar dan kecil tetapi sedikit dan hanya gelembung kecil yang melayang keatas dengan lambat,pada Fe mengalami korosi,pada saat di angkat korosi pada Fe luntur di daklam larutan CuSO4 <br />
• Anoda = Cu<br />
• Katoda = Fe<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2cUdLVnJwS3N2aUU/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download </a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338822709337173124.post-88916323319870879382014-12-18T16:13:00.001+07:002014-12-18T16:13:53.549+07:00Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa<b>Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa</b><br />
<br />
A. TUJUAN <br />
Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.<br />
<br />
B. DASAR TEORI<br />
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suata zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri.<br />
<br />
Titik eqivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik eqivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasai asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik eqivalen berada. Pada umumnya tirik eqivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebeleum atau sesudah titik eqivalen tercapai. Tittarsi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indicator. Titik akhir titrasi tidak selau berimpit dengan titik eqivalen. Dengan memilih indicator yang tepat kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.<br />
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu ion hydrogen dan ion hidroksida selam titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam dan basa yang ditambahkan. Pada titik eqivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperature 200C sama dengan pH air, yaitu sama dengan 7.<br />
<br />
<br />
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa<br />
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :<br />
1. Asam kuat - Basa kuat<br />
2. Asam kuat - Basa lemah<br />
3. Asam lemah - Basa kuat<br />
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah<br />
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah<br />
<br />
C. ALAT DAN BAHAN<br />
1. ALAT<br />
• Buret 1 buah.<br />
• Botol semprot 1 buah.<br />
• Corong 1 buah.<br />
• Gelas kimia 250 ml 1 buah.<br />
• Gelas Erlenmeyer 250 ml 2 buah<br />
2. BAHAN <br />
• NaOH <br />
• HCl<br />
• Phenoftalein.<br />
• Aquades.<br />
• Kertas saring/ tissue.<br />
<br />
D. LANGKAH KERJA<br />
1) Rangkai alat terlebih dahulu.<br />
2) Bersihkan buret yang akan digunakan dan bilas dengan NaOH yang akan dipakai sebanyak 3 kali, kemudian masukkan larutan NaOH sampai pada skala diatas nol (0).<br />
3) Memasukkan 10 ml HCl kedalam labu Erlenmeyer, <br />
4) Tambahkan aquades kedalam kedalam labbu Erlenmeyatn yanger sebanyak 5 ml untuk membilas larutan yang menempel pada dinding labu Erlenmeyer, tambahkan tiga tetes indicator phenolftalein.<br />
5) Lakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret secar perlahan-lahan tetes sampai larutan akan berubah warna.<br />
6) Catat keadaan akhir buret yang menunjukan volume larutan NaOH yang dipakai, yakni selisih volume semula dengan volume akhir. <a href="http://praktikum-laporan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-titrasi-asam-basa.html" target=""><i>Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa</i></a><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://drive.google.com/file/d/0By1zqqNukUs2TTN2NHk3V2VlU28/view?usp=sharing" rel="nofollow" target="_blank">Download</a><i><br /></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0